Chapter 12

6.5K 563 20
                                    


Welcome😊

Happy reading
Maaf kalo ada typo

Perasaan lega itulah yang saat ini aku rasakan saat memasuki kamar hotel. Ada sensasi yang membuatku merasa sangat santai dan nyaman di kamar hotel ini. Aku menjatuhkan diri di tempat tidur dan mulai meringkuk di bantal ketika senyum gembira mulai melebar.

Hari ini sangat luar biasa, bertemu aktris Thailand yang cantik dan ibuku datang dan mengejutkan dengan mengunjungiku. Apakah ada lotre yang lebih baik dari malam ini?

"Lisa?" Aku mendengar suara samar yang familiar dari belakang pintuku ketika ketukan pelan dibuat. Aku mengerutkan alisku bingung sambil turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu. Aku membukanya,

"Hei, jen. Ada apa?" Aku bertanya. Aku benar-benar tidak berharap dia datang saat ini di malam hari. Dia mengangkat tas plastik penuh makanan ringan yang kami beli dari 7-11.

"Aku tidak bisa makan ini sendirian sekarang, kan?"

...........

"Oke, yang aku tidak mengerti adalah mengapa romeo tidak bisa menunggu hanya untuk beberapa detik untuk juliet untuk membuka matanya!" Aku berseru dengan keras sambil melempar kripik kearah tv seolah-olah itu akan membangunkan romeo yang baru saja minum racun. Jennie memutar matanya,

"Jangan salahkan dia! Dia tidak tahu itu adalah tipuan! Dan dia tidak bisa berpikir dengan jernih ketika cinta hidupnya mati tanpa dia." Dia membela. Aku melihat ke arahnya dan menggeleng kepala tak percaya,

"Itu bukan cinta, itu hanya nafsu! Mereka hanya tertarik secara fisik satu sama lain. Dan selain dalam buku mereka hanya remaja muda dengan homones yang tidak terkontrol." Aku menantang. Dia tertawa dan mendorong perutku.

Kami duduk di lantai dengan punggung bersandar di sofa dan dengan kepala jennie yang dibaringkan di pangkuanku.

"Bagaimana kau tahu?" Dia bertanya sambil bercanda. Aku menyeringai,

"Aku masih remaja kau tahu, dan aku tahu bagaimana pikiran kotor muda bekerja." Dia mengangkat alisnya dengan tidak percaya saat dia mengangkat dirinya dan bersandar ke sofa di sampingku.

"Jangan bilang kamu salah satu dari anak-anak mesum itu." Aku terkesiap dan mendorongnya dengan lembut menyebabkan dia memutar kepalanya dan tertawa.

"No respect." Aku tertawa. Dia menunjuk ke arahku dan menyeringai,

"Kamu tidak menyangkalnya." Aku memutar mataku dan menyeringai sambil bersandar wajahku sedikit lebih dekat,

"Mengapa harus menyangkal yang sudah jelas?" Ada sesuatu kedipan di matanya tetapi dengan cepat menghilang saat dia bermain-main menempatkan tangannya di wajahku dan mendorongnnya menajuh menyebabkan aku jatuh kembali di lantai.

Dia beridiri dan akan berlari tapi dengan cepat aku yang sedang duduk meraih pergelangan kakinya menyebabkan dia jatuh ke lantai. Dia berguling di punggungnya mengerang kesakitan menyebabkan aku menjadi khawatir. Aku dengan cepat mendekat padanya dan melihat lebih dekat ke wajahnya,

"Astaga, aku sangat …oh!" Aku berteriak ketika dia dengan cepat meraih pundakku dan menggulingkan kami dengan dia duduk di atas perutku dan menjepit pergelangan tanganku ke samping kepalaku. Aku menelan ludah sambil menyeringai pada saya dengan rambutnya menggelitik leherku.

"Apa? Tak bisa berkata-kata bahwa orang sepertiku bisa begitu kuat?" Dia menggoda, sepertinya tidak menyadari rona merah merayap di pipiku atau fakta dadaku naik-turun cepat karena gugup. Aku menelan salivaku dan tertawa untuk menutupi kegugupanku,

"Ti...tidak. hanya terkejut karena bahwa orang sekecilmu bisa menghancurkan organku yand ada didalam tubuhku." Aku menggoda. Dia terkesiap dan melepaskan lenganku dan untuk memukul lenganku tapi dengan cepat aku duduk dan menyambar kedua pergelangan tangannya dan menariknya lebih dekat kepadaku. Aku menyeringai ketika aku melihat pipinya merona.

"Aku hanya bercanda. Kamu benar-benar cantik Nini." Aku berbisik saat aku tanpa sadar mulai berkedip mataku ke arah bibirnya sambil perlahan-lahan membasahi bibirku sendiri.

Aku menatap matanya dan merasakan nafasku tercekat di tenggorokanku saat dia melihatnya dan menatap ke arah bibirku yang sedikit terbuka. Dia mengangkat pandangannya ke arahku dan menatapku dengan tenang.

Caranya menatapku, sangat tidak biasa, menyebabkan hatiku berdebar di dadaku sehingga jika tv tidak menyala, suaranya pasti akan terdengar oleh wanita di pangkuanku ini. Kami perlahan mulai mendekat. Aku melihat ke arah bibirnya yang bergetar dalam mengantisipasi. Apakah aku benar-benar akan mencium bibir ini?






Tidak.

Mau tahu kenapa?

Karena ponsel sialanku mulai berdering.

Kami berdua tersentak kaget dan melihat ponselku yang menyala di tempat tidurku. Secara mental aku cemberut dan kecewa saat kehangatannya tiba-tiba lepas dariku saat dia dengan cepat melompat dari tubuhku dan duduk cukup jauh dariku.

Aku segera bangkit dan berjalan menuju ponselku. Aku meraih dan mengerutkan alisku bingung,
"Si... Siapa itu?" Jennie canggung bertanya. Aku melihat dan menunjukkan layar,

"Ini sehun. Aku heran mengapa dia meneleponku." Aku bergumam, perlahan-lahan dia bangkit dan merapikan pakaian dan rambutnya dengan ekspresi kosong.

"Aku akan keluar. Sudah terlambat." Dia berkata dengan dingin, dia berjalan dan meuntup membanting pintunnya hingga menyebabkan suara sedikit keras.

'What the hell?'

TBC.

You Lied(ID)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang