Chapter 17

6.5K 566 29
                                    

Welcome back😊
Happy reading❤

Maaf aklo ada typo


——————

Damn it.

Tadi malam cukup sulit untuk diterima. Konser ini luar biasa, terus aku dan jennie menonton film , kai dan sehun datang untuk 'mengejutkan' kita, mabuk, hampir bercinta dengan sehun, bertengkar dengan jennie, bercumbu dengan jennie, meninggalkan mereka, kembali ke kamar hotelku, dan menagis sampai aku tertidur.

"Kau tampak mengerikan." Chae tertawa ketika melihatku berjalan menyusuri lorong hotel dengan perasaan lelah—iya lelah dengan kejadian yang akhir-akhir ini jauh dari ekspetasi, aku tersenyum ke arah chae,

"Terima kasih chae kamu benar-benar tahu membuatku merasa sedikit lebih baik." Dia mengerutkan alisnya dengan nada suaraku.

"Wow, what's wrong?" dia perlahan berjalan lebih dekat dan menempatkan kedua tangannya dipundakku saat ia mencoba untuk melihat ke arahku.

"Kamu baik-baik saja?" Dia bertanya dengan khawatir. Aku diam sejenak sebelum mengembuskan nafas lelah. Aku menggelengkan kepala,

"Aku—" bunyi pintu terbuka dan pemandangan jennie yang keluar dari kamarnya dengan cepat telah menarik perhatian ku. Jennie memandang chae ketika dia melihat aku, dia memalingkan matanya dan mulai berjalan ke arah jisoo yang sedang tidur dengan berdiri di dinding. Chae berbalik dan tertawa kecil,

"Sepertinya seseorang begadang untuk bermain video game lagi." Dia bercanda. Aku memaksakan tertawa dan mengangguk sebelum merangkulkan lenganku dibahunya,

"Itu adalah unnie yang kami kenal dan cintai." Aku sedang tidak berada dalam mood bercanda. Dari sudut mataku, aku melihat chae menoleh untuk melihatku dengan cemberut di wajahnya yang menyadari bahwa aku tidak dalam mode aktif. Dia membungkuk kearah telingaku,

"Ingat, pintuku selalu terbuka ketika kamu perlu bicara." Dia menarik kembali dan aku menoleh menghadapnya, aku tersenyum tulus dan menganggukkan kepalaku. Aku menghela nafas sambil menyandarkan kepala ke bahunya saat kami mulai berjalan di belakang para eonnie.

.................

Oke, sekarang aku marah.

Jennie, sekali lagi, menghindariku.

'Tapi dia sudah berjanji'

Aku kira janji-janji yang diucapkanya hanya sekedar untuk diucapkan, seperti hal nya pria tertentu.

Dia bertindak seolah-olah aku tidak ada dan ciuman semalam yang tadi malam tidak pernah terjadi. Aku tahu aku bukan satu-satunya yang menikmati ciuman itu.

Aku tidak bisa menyingkirkan rasa bibirnya di benakku. Hanya cara bibir kita dibentuk bersama-sama begitu sempurna, sangat indah sehingga aku tahu pasti tidak ada yang bisa menyaingi.

Setelah beberapa saat diruang ganti hanya ada aku dan jennie, jennie yang sedang duduk di sofa sambil terus sibuk dengan ponselnya,

Mungkin kai mengiriminya pesan.

Aku mengambil nafas panjang sebelum berjalan ke arahnya.

Please talk to me.

"J-Jennie?" Aku tergagap, aku memarahi diri sendiri. Dia tetap diam dan terus mengetuk layarnya, menciptakan amarah yang tumbuh di dadaku. Aku hembuskan nafas,

"Jennie." Aku berkata dengan tajam, dia berhenti dan perlahan menatapku dengan dingin, menyebabkan cubitan di dadaku meningkat.

"Apa?" Tanyanya dengan dingin. Aku sedikir mengernyit dan menyilangkan lenganku.

You Lied(ID)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang