"Kak Ares!"
Lelaki yang dipanggil Ares itu tidak mengindahkan teriakan yang memanggil namanya, ia sudah tau siapa pemilik suara itu.
Ares tetap melanjutkan langkahnya hingga sebuah tangan mencekal lengannya.
"Kak, tungguin Diana. Diana capek nih!" Keluh seorang gadis bernama Diana, ia mengontrol nafasnya yang terasa ngos-ngosan.
Ares menyentak kasar lengan Diana, dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.
"Kak Aress!!"
Ares memejamkan matanya, ia sangat tidak suka diganggu. Dan Diana terus saja mengganggunya.
Ares lalu menatap Diana dengan tatapan menusuknya bagai elang. Seperti namanya, Ares Gavin Syahreza, Gavin memang berarti elang putih.
Diana sedikit bergidik, Ares sedikit menyeramkan jika memandangnya seperti itu.
"Kak, bisa biasa aja liat Diana? Diana tau kalau Diana cantik, kak Ares gak usah gitu natapnya."
Ares benar-benar dibuat dongkol dengan satu gadis dihadapannya ini, belum pernah ia menemukan spesies gadis semacam Diana Abigail.
Ares kembali melanjutkan langkahnya, ia merasa otaknya akan pecah jika terus berada di dekat gadis itu.
Tidak mau menyerah, Diana kembali memegang lengan Ares. Ia mengapit lengan pria itu dengan kedua tangannya.
"Kak Ares, coba tersenyum sedikit. Kakak lebih menawan jika tersenyum."
Itu adalah kata-kata yang terus saja Diana ucapkan untuk memancing bibir indah pria itu melengkung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brass Monkeys
Teen FictionAres G. Syahreza namanya, jangan tanyakan parasnya, karena kalian akan mati ditempat jika melihatnya langsung. Dia dingin dan tak tersentuh. Diana bilang, Ares lebih dingin dari Es krim coklat kesukaannya. Ares tak pernah tertawa, berbicara saja ja...