17| Really Miss You

113 15 0
                                    

Patutkah mempertanyakan tentang hati, yang mulai menghangat karena kehadirannya?
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Dengan ragu-ragu, Kana mulai angkat suara. Ia memulainya dengan aungan nyamuk, karena ia bingung mau bicara apa. Terlebih Affan yang disebelahnya, semenjak tadi tidak ada mengeluarkan satu kata pun.

"Mmmm...."

"Ada yang mau kamu tanyakan?" Tanya Affan. Ia sepertinya menangkap kebingungan Kana.

"Bang Affan kenapa?" Affan melirik Kana sebentar. Tapi ia tidak menimpali ucapan Kana barusan. Ia lebih memilih untuk fokus berkendara.

Seharusnya Kana tidak perlu mempertanyakan itu. Ia tahu persis kenapa Affan begitu. Dan penyebabnya, ya Kana sendiri.

Kana menatap terang-terangan kearah Affan. Tampaknya Affan enggan menjawabnya kali ini.

Saling diam-diaman. Itu lah yang dilakukan Kana dan Affan hingga mobil berhenti tepat di depan rumah Delia.

"Mmm.. aku duluan bang," ucap Kana dengan gagap lagi. Entah kenapa, mendapat perlakuan seperti itu dari Affan membuatnya merasa aneh. Mungkin karena Affan tidak pernah memperlakukannya seperti itu.

Kana keluar dari mobil Affan. Tapi naasnya Affan juga masih belum berkata sedikit pun. Affan hanya mampu bergumam sedikit menimpali ucapan Kana tadi.

Kana menutup pintu mobil Affan. Tapi ia masih berdiri disamping mobil tersebut. Memperhatikan gerak-gerik Affan.

"Bang!" Panggil Kana saat Affan mau menjalan mobilnya. Merasa terpanggil, Affan pun mengurungkan niatnya untuk pergi lebih dulu. Lalu kemudian ia menurunkan kaca jendela mobilnya. Agar dapat dengan jelas mengetahui tujuan Kana memanggilnya.

Kana menggeser tubuhnya sedikit. Kini ia menatap Affan dengan tersenyum. "Makasih udah ajak aku kesana," tutur Kana. Ia menatap Affan yang hanya membalas dengan tersenyum.

"Mmm... " tampaknya Kana ragu lagi. Ia memutar-mutar pandangnya kearah lain. Hingga menanam kebingungan pada Affan.

"Mmm... maaf juga soal tadi. Jangan diam-diaman lagi," ujar Kana akhirnya. Berat! Memang. Bahkan ia tidak menyangka akan mengucapkan itu pada Affan.

Untuk apa dia meminta maaf?

Affan tersenyum. Kali ini lebih lebar. Bibirnya tidak henti terangkat ulah Kana barusan.

"Da... bang Affan. Take care!"

Sebelum benar-benar menghilang, ia terlebih dahulu menyiram Affan dengan senyum mautnya. 
Siap-siap saja, Affan tidak tidur semalaman ini.

***

Memang cukup besar efek yang diberikan Kana pada Affan. Padahal hanya sebatas tersenyum dan ucapan 'jangan diam-diaman lagi'. Tapi, malah sukses membuat Affan mulai tertidur jam tiga pagi. Sunggingan bibir Kana membayang terus, memenuhi seluk-beluk kepalanya.

Pagi ini Affan pun masih merasakan efeknya. Bahkan ia tidak segan-segan untuk tersenyum sendiri dihadapan keluarganya.

"Bang Affan dah makan?" Tanya Dira. Keningnya sedikit berkerut, ketika mengajukan pertanyaan tersebut.

Bukan tanpa alasan. Mungkin karena belum makan, jadinya Affan terlihat ngelindur. Atau mungkin karena sudah makan, pola pikirnya sedikit terganggu. Bisa jadi termakan makanan peningkat halusinasi.

"Aaa?" Affan menatap Dira. Seakan menyuruh Dira untuk mengulangi lagi perkataannya.

Dira tidak menggubris. Ia sedang tidak mau mengulangi bertanya untuk kedua kalinya. Buang-buang tenaga bertanya pada orang yang jiwanya sedang tidak diraga. Lebih baik ia menikmati dunianya sendiri.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang