34| Gadis Penakluk Hati

69 14 0
                                    

Berjuang makanya, jangan jalan di tempat terus!
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Tatapan Affan tidak pernah berpindah dari Dira, yang kini sedang asyik berselonjor diatas sofa sambil menikmati keripik kentang kesukaannya. Bahkan Affan sudah dibuat jengah oleh adiknya itu.

Sejak tadi, Affan telah menyemprotkan tubian pertanyaan pada Dira. Namun, adiknya itu cuma berguman kecil dan tampak tidak berniat sama sekali untuk menjawab pertanyaan-petanyaan Affan dengan real.

"Jadi kamu udah tahu selama ini?" Jejal Affan lagi. Masih belum menyerah dengan Dira.

Dira menarik nafas bosan. Lalu meninggalkan aktifitas mengunyahnya. Meletakan keripik tersebut secara asal. Tampak kesal, kerena Affan mengganggunya.

"Hmmmm," Dira mencoba memperbaiki duduknya. Mencari posisi duduk yang lebih nyaman lagi.
Affan memperhatikan adiknya itu, "kalau kamu sudah tahu semua itu. Kenapa kamu tidak pernah cerita sama abang?"

Dira menarik nafas panjang. Tampaknya abangnya itu belumlah menyerah. "Itu bukan hak ku untuk memberi tahukan bang," ujar Dira akhirnya.

Affan menatap Dira yang ada disampingnya penuh sesakma. "Jadi benar kamu tahu semuanya?"

Dira menggangguk, "aku rasa begitu!"

"Permasalahannya dengan Abiya dan Voey juga?" Tanya Affan. Ia masih memastikan.

"Hmmm" Dira menggangguk dan membenarkan.

"Tapi kenapa kamu nggak pernah cerita sih?" Tukas Affan. Sedikit merasa frustasi dengan kabar yang baru saja ia dapatkan sebentar itu.

Rasa-rasanya ia tidak terima. Jika ia tidak tau menau tentang kisah dibelakang Kana.

"Emang kalau abang tahu semua, apa yang akan lakukan? Semua udah berlalu, dan tidak bisa diubah."

"Ya... setidak abang tahu" jawab Affan sedikit kelimpungan. Ya, begitu lah pikirnya. Sedikit banyaknya ia harus tahu masalah apa yang sedang dihadapi oleh orang yang disayanginya.

Dira kembali menyandarkan punggunnya ke sofa. "Sekedar tau aja, nggak cukup bang"

Bergeser dari duduknya, masih mencari posisi senyaman mungkin.

Dira menatap Affan yang berada disampingnya. "Aku dulu taunya juga tidak disengaja, bang. Dia terlalu pintar menyembunyikan itu. Perpura-pura tidak terjadi apa-apa dengan hidupnya," titah Dira. Affan melepas fokusnya kearah Dira. Tertarik dengan uturan adiknya barusan. Dira tampak serius menjelaskannya.

"Kalau saja kita tidak pandai menyelaminya. Kana akan lebih memilih mendiamkan semuanya. Kita semua tidak akan tau, dan jika pun tau. Mungkin itu karena ketidaksengajaan saja," jejal Dira lagi.

Dira kembali terdiam. Kini, Dira tidak lagi menatap Affan. Melainkan menghadap kearah lain. Seperti sedang memandang kekosongan.

Nyatanya ungkapan Dira barusan sepenuhnya hampir benar. Kalau bukan karena ilmu kepengen tahuannya yang sangat tinggi, mungkin sampai detik ini ia tidak akan pernah tau apa yang dilalui oleh sabahatnya itu, Kana. Karena nampaknya Kana memang si ahli mengindar.

Dira sama juga seperti Affan saat ini. Dulu, Selepas mengetahui semuanya ia merasa terkejut. Tidak percaya, tidak menyangka, shock gila dan bahkan berandai-andai jika ia diposisi Kana saat itu.

Bisa jadi ia tidak akan sekuat Kana. Mungkin! Masalah bertubi-tubi. Silih berganti menghatam hidup Kana.

Dulu, Dira hampir menangis setelah Kana menceritakan tentang Mama dan Papanya. Bercerita tentang kehebatan mereka semasa hidup, dan bercerita tentang kepahitan setelah kepergian mereka. Dira juga tidak mampu berbicara banyak untuk menghibur Kana. Toh, setelah mendengar cerita dari Kana. Sepertinya bukan Kana yang butuh disemangati. Justru ia sendiri yang lebih membutuhkannya. Ia benar-benar meresapi kepahitan seorang Kana. Bahkan sangat mendalami kesedihan Kana yang tidak terungkap sebelumnya.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang