21| Masih Makhluk Hidup

73 11 0
                                    

Aku memang menyukainya, tapi bukan berarti suka yang berlebihan
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Setelah kepergian Affan dan Fahma. Delia langsung menggiring Kana menuju kamarnya, untuk berisitarahat.

"Ini tante ambilin minum, kalau ada apa-apa telpon tante atau Delvin. Jangan sok-sok kuat. Nanti tambah lama sembuh kakinya karena dipaksain," titah Delia seraya meletakan minuman dalam botol yang cukup besar diatas nakas.

Kana hanya mengangguk patuh. Ia tersenyum melepas kehilangan Delia di balik pintu dari tempat tidurnya.

Ting!

Kana meraih dengan susah payah benda canggih yang berada diatas bantal.

Bg Affan : jujur, aku nggak bisa nggak khawatir. Apalagi melihat kondisi kamu seperti itu. Cepat sembuh. Jangan banyak bergerak! Turutin semua apa yang disaranin sama tante Delia. Selamat malam, selamat tidur Ann

Kana mengangkat bibirnya. Sedikit saja. Entah kenapa hatinya menghangat untuk kesekian kalinya membaca pesan singkat dari Affan.

***

Kana melirik malas pada ponsel canggihnya yang mulai menyala. Dalam posisi duduk diatas tempat tidur, ia meraih benda yang bertengger diatas nakas tersebut. Sedikit kesusahan. Karena ia masih dalam proses penyembuhan.

Hembusan nafasnya terdengar kasar beberapa kali.

"Iya kenapa?" Sosor Kana setelah menggeser tombol dilayar ponsel untuk mengaktifkan panggilan video dengan adiknya, Vanka.

Ternyata layar ponselnya sudah terbagi menjadi tiga bagian. Menyekat ia, Vanka dan orang lain yang ada diantara mereka.

"Kak Affan!" Panggil Vanka. Kemudian melanjutkan instruksinya, "aman! Nggak nakutin kok dia"

Vanka memang memastikan terlebih dahulu bagaimana penampakan Kana. Barulah Affan diperbolehkan untuk ikut begabung dengan mereka.

Setidaknya baju kaos kedodoran yang dikenakan Kana itu, tidak terlalu buruk ditubuh kecilnya. Ketimbang ia hanya memakai baju tidak berlengan.

Affan pun menampakan wajah penuhnya di layar. Tidak hanya Affan. Masing-masing layar juga menampilkan Kana dan Vanka.

Syukur Kana tidak berpenampilan aneh-aneh tadi. Ya, walau pun rambutnya cuma dikucir asalan saja tadi. Maklumlah tangannya masih merasakan ngilu akibat kecelakan beberapa hari yang lalu.

"Lho.. kok ada bang Affan?" Ujar Kana mempertanyakan. Ia pikir cuma Vanka seorang tadi.

"Hai, Na!" Sapa Affan antusias.

"Udah agak baikan, kan?" Bubuh Affan lagi. Kana menaggangguk dan tersenyum kearah Affan. Seakan dengan begitu ia sudah memberitahukan bagaimana kondisinya sekarang.

"Udah bisa temanin aku jalan-jalan sore dong?" Tanya Affan dilayar. Ia pun tersenyum kearah Kana. Entah kenapa senyum itu terasa ada manis-manisnya bagi Kana. Kana hanya balas tersenyum. Lebih tepatnya ia tidak tahu harus berkata apa.

"Luka itu mulai agak kering ya," ucap Affan sambil megelus area pipi dan dagunya sendiri yang sontak menyadarkan Kana akan luka gores dipipinya yang memang agak mengering.

Kana menggangguk lagi, kemudian ia memperagakan luka didagunya ke kamera ponsel. "Yang didagu kemaren malam kegaruk, lecet lagi." Beritahu Kana.

Vanka memperhatikan interaksi dua manusia itu. Sepertinya mereka berdua lupa kalau masih ada manusia lain yang ingin bernafas didunia ini. Tapi ia tidak mengintrupsi dulu. Biarkan saja dua manusia baru pubertas itu bereaksi.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang