19| Keseriusan Mode

68 11 0
                                    

Kenapa cinta masih bisa diabaikan, padahal sudah nyata diperlihatkan?
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Karena rasa lapar yang menumpuk, membuat Kana terpaksa menikmati nasi gorengnya sendiri. Matanya tidak sengaja menangkap gerobak si bapak penjual nasi goreng langganannya diperjalanan pulang. Seketika itu juga, otaknya memerintah untuk melakukan jualan si bapak.

Ia tampak menikmati sepiring nasi goreng berteman telur mata sapi, kerupuk udang dan suiwiran ayam goreng. Ia tidak ambil pusing, ketika ia hanya duduk sendiri tapi orang lainnya malah mempunyai teman bicara.

Kana tidak melihat kiri-kanan, dalam posisi mengunyah nasi dengan tambahan kerupuk udang yang kriuk. Terlihat sangat menikmati tumpukan dalam piring tersebut.

Darrrr!!

"Uhuukk"

Kana tersedak. Ini bentuk respon tubuhnya karena seseorang menggedor meja tempat ia makan dengan cukup kencang. Tidak terlalu kencang sih, mungkin karena mejanya telalu lebai jadi terdengar cukup keras.

"Eh! Sorry, Na"

Kana cepat meminum air mineral yang baru disuguhkan oleh dibapak penjual. Ternyata si bapak penjual nasi goreng peka juga ya.

"Untung bapaknya nggak marah, Bay" titah Kana sambil mengurut dadanya menselaraskan rasa terkejutnya. Saat itu juga Kana melirik si bapak penjual. Tapi, keliatannya beliau tidak marah. Malah ikut tertawa geli melihat Kana tersedak ulah aksi Bayu.

"Maklum itu mah, Nak. Mejanya memang begitu. Jangankan digedor kayak begitu, dipukul dikit aja udah kenceng bunyinya," titah si Bapak.

Entah menyindir atau apa. Yang jelas beliau masih menyimpan tawanya disudut bibir. Masih teringat ketika nasi goreng Kana larinya ke tenggorokan bukan kerongkongan.

"Maaf ya pak ya," tukas Bayu. Sedikit merasa bersalah pada si Bapak.

"Eh iya. Nggak apa-apa," ujar bapak itu lagi. Kali ini ia sedang merapikan beberapa piring yang bertumpuk dimeja.

"Enak nasi goreng bapak, Nak?"
Tanya si Bapak pada Kana yang masih lanjut menyuapi nasi goreng tersebut kemulutnya.

Kana hanya menggangguk dalam keadaan mengunyah. Karena, jika ia menjawab dengan kata-kata yang ia takutkan akan terjadi. Memuncratkan nasi goreng ke orang dihadapannya. Kebetulan Bayu berada tepat di depannya, jadi ia urungkan saja.

Bapak si penjual hanya tersenyum bahagia tiada tara mendapati tanggapan Kana.

"Alhamdulillah," syukur si bapak.

"Mungkin sangat-sangat enak kali ya pak? Sampai-sampai saya manggilin dia dari tadi nggak nyawut." Bayu melirik Kana dan bapak si penjual nasi goreng secara bergantian. Ketika Kana menatap Bayu dengan seribu kerutan di dahi. Duo laki-laki tersebut malah adu pandang sambil cenge-ngengesan.

"Kamu manggilin aku? Sejak kapan?" Tanya Kana. Ia merasa tidak terpanggil oleh siapa dan apapun tadi.

Bayu menggangguk. Bersamaan juga dengan si bapak yang juga menyimak obrolan mereka.

"Dari seberang sana aku manggilin. Eh, kamu nggak dengar sama sekali. Udah aku samperin kesini, kamu masih nggak ngeh aku panggilin"

"Padahal ya, dia udah berdiri cukup lama loh disini" tunjuk bapak itu kearah samping gerobaknya.

"Seriusan?" Tanya Kana lagi. Merasa tidak percaya.

"Nggak percaya dia, pak" ungkap Bayu.

"Mungkin nasi goreng bapak terlalu enak, sampai orang lupa kondisi" ujar si bapak itu lagi.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang