28| Tidak Jadi Saudara ataupun Sahabat

64 10 0
                                    

Semoga saja kamu tidak menganggap aku sahabat atau saudara. Karena aku ingin lebih dari itu
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Ketertinggalan barang penting mengharuskan Affan untuk kembali ke rumah. Sebelum menuju rumah ia sempat bersunggut, mengukuk otaknya yang memikun. Melupakan hal penting untuk keberlansungan distronya.
Ia tidak menyangka kalau ada hadiah terindah yang dipersiapkan Tuhan untuknya.

Affan melihat keberadaan mobil adiknya didepan rumah. Namun, adanya sendal asing didepan pintu membuatnya melayangkan bermacam pemikiran.

Ada tamu! Siapa? Semoga saja Kana. Tiba-tiba ia sangat merindukan gadis tinggi gensi itu.

Tapi, bagaimana kalau Cerry? Semoga saja jangan! Pinta Affan.

Setelah masuk kedalam rumah. Hal pertama yang menjamu pendengarannya adalah teriakan maut adik bawelnya.

"... Ada mantu kesayangannya nih!" Itu teriakan Dira yang terarah untuk mamanya yang entah dimana.

Meskipun ia belum mendapatkan kepastian yang mutlak. Affan yakin, 'mantu kesayangan' itu label untuk Kana.

Hatinya menghangat. Tidak sabar rasanya ingin bertemu dengan gadis pujaan hatinya itu. Apalagi akhir-akhir ini ia kerat sekali dijamu oleh pipi merah jambu Kana, yang menjadi candu oleh Affan.

Affan terlalu suka menikmati semu malu dan tingkah kikuk Kana. Sengaja ia mematung diruang tengah. Untuk melihat kemunculan Kana. Ia penasaran ekspresi apa yang akan ditujukan Kana ketika melihatnya kali ini. Akan kah seperti biasa. Atau seperti berberapa hari yang berlalu.

Aduh! Membayangkan Kana yang mulai tampak gugup dihadapannya membuat Affan menyemburkan spekulasi sendiri. Ia meyakini satu hal. 'Affan yakin, rasanya bersambut'

Benar apa yang menjadi buah pikir Affan. Setelah ia menjawab pertanyaan Dira, hal selanjutnya yang ia lakukan adalah mengamati tingkah Kana.

Memang tidak seperti biasa. Jika pada kebanyakan waktu, Kana berani menantang tatapan Affan lain hari ini. Kana berkilah-kilah dari tatapan intens Affan.

Sedikit mengukuk waktu. Rasanya cepat sekali berlalu. Ia tersadar suatu hal. Kembalinya ia kerumah bukan untuk menemui Kana. Namun, menuntaskan pekerjaannya yang tertunda.

Dengan berat hati ia melangkah ke kamar. Meninggalkan Kana, yang mungkin saja telah dikeroyok oleh wanita-wanita kesayangannya. Apalagi Dira. Terlihat sekali keinginan besarnya meledek Kana.

Tak apa. Affan suka itu. Apa lagi melihat Kana yang malu-malu menatapnya.

"Semoga saja kamu tidak menganggapku saudara atau sahabat lagi. Aku ingin lebih dari itu," tutur Affan dalam hatinya. Berharap sekali Kana bisa mendengarkannya.

***

Setelah mengambil barang yang tertinggal di kamar, Affan langsung menuju ruang tengah. Sekedar melihat kondisi atau sedang memastikan seseorang. Namun naasnya tidak ada satu pun orang disana.

Kemana perginya Kana, Dira dan mamanya? Padahal ia tidak begitu lama meninggalkan wanita-wanita itu. Ya sudahlah, bukan nasib baiknya hari ini.
Sebenarnya Affan ingin tinggal cukup lama di rumah. Namun, ia sadarkan keadaannya saat ini.

Disepanjang perjalanan hingga sampai distro, Affan terus disirami wajah Kana.

Dira: bang!

Affan baru saja membuka pesan Dira saat membuka pintu distro.

Affan: hmmm

Tentunya ia sok cool dengan adik semata wayangnya itu.

Dira: mau aku tahan dia sampai abang pulang?

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang