41| Belum Move On

53 8 0
                                    

Kita bertemu lagi. Lalu kita saling terkejut, saling tidak menyapa dan saling diam. (Yuliasatr)
🍁🍁🍁

"Iya tan, coba nanti Ann cari dulu" titah Kana pada telpon genggam yang bertengger antara bahu dan telinganya. Kesusahan karena kedua tangannya dipakai untuk mengacak-acak lemari.

"Nanti ketemu atau nggaknya kabarin tante lagi ya? Ini tante udah mau berangkat ke Bandung" ucap Delia di Jakarta sana.

"Oh iya. Nanti aku kabarin lagi" Kana masih setia mencari barang entah itu apa. Sepertinya Delia menyuruh Kana untuk mencarikan sesuatu di dalam lemari.

"Ann, kalau kamu jadi ke rumah Dira. Daren dibawa aja ya! Terus titip salam tante sama Fahma, sampaikan permintaan maaf tante karena tidak bisa datang" tambah Delia.

Kana hanya mengangguk-angguk tidak jelas. Sedikit malas untuk hanya sekedar berkata 'ya' atau 'tidak.

Masalahnya ia belum pasti menyawuti undangan dari Dira, tapi kenapa tantenya itu cepat sekali mengambil kesimpulan tentang itu.

"Kamu pergikan? Jadi perwakilan om sama tante" cerocos Delia antusias. Ia memang berharap sekali Kana dapat hadir kesana menggantikan posisinya yang tidak bisa datang. Maklumlah, ini bukan kejadian pertama kali yang membuat ia tidak bisa mengahadiri undagan keluarga Fahma. Hingga rasa segan benar-benar bersarang didirinya saat ini.

"Mmmm," guman kecil Kana.

"Ya udah, tante mau jalan dulu." Ulang Delia lagi.

"Iya tan, hati-hati!" Kana menarik nafas berat setelah panggilan telponnya berakhir. Bahkan ia menyimpan asal-asal benda pipih itu dilantai. Kembali fokus mengorek isi lemari.

"Ditarok dimana sih?" Tanya Kana kesal. Tiba-tiba ia kesal.

Pergi kerumah Dira bukannya sama dengan bunuh diri? Pasalnya ia belum bisa move on dari manusia bernama Affan. Jika ia kesana 99,9999% dapat dipastikan ia akan dipertemukan disana.

Kana tidak pandai lagi berlagak tidak terjadi apa-apa. Bisa-bisa ia dapat menghancurkan acara syukuran keluarga Dira tersebut.

Ting!

Kana melirik malas pada layar ponsel yang menyala dilantai. Dari kejauhan ia dapat melihat pesan tersebut dari Dira. Kana menarik nafas kasar. Semua seakan menyudutkannya.

Dira: kesini jam berapa?

Bisakah Kana menolak untuk tidak datang hari ini?

Baru saja Kana akan mengetikan huruf dipapan ketikan, tiba-tiba ia mendapat panggilan telpon dari Dira. Mau tidak mau Kana harus mengangkatnya.

"Iya?"

"Halo, assalamu'alaikum. Ini tante Fahma, Na. Kamu kesini kan? Kesini ya" Kana sempat terkejut mendengar penuturan lembut dari Fahma.

"Eh tan, iiiyaa..." jawab Kana kalab. Ia menggaruk-garuk kepalanya tidak jelas.

"Iya, tante tunggu ya. Udah siap-siap mau kesini kan?"

Tampaknya Fahma sangat berharap Kana kesana. Terlihat sekali ia memaksakan Kana untuk kesana.

"Mmm.. iya tan. Ini Kana lagi nunggu Daren" jawab Kana lagi gagu. Dan asal tentunya.

"Ooo... kamu ajak Daren? Bagus itu. Tante tunggu ya" Kana menghela nafas panjang dalam diam.

***

Tidak ada alasan bagi Kana untuk tidak datang ke rumah Dira Walau rasa segannya cukup tinggi. Tapi itu tidak bisa menahannya untuk tidak pergi.

Kini Kana bernafas dengan gusar. Ia tampak ragu untuk melangkahkan kaki masuk kepekarangan rumah Dira.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang