24| Dentuman Irama di Dada

74 12 3
                                    

Kenapa aku memilih mengabaikannya? Jawabannya, sama seperti kamu yang memilih mengabaikanku. Aku pun memilih untuk mengabaikannya.
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Fahma menyambut kedatangan Kana dengan antusias. Ia terlihat bersemangat ketika ucapan salam dari arah pintu masuk keluar dari mulut Kana.

"Kana! Ya Allah nak, tambah cantik aja" puji Fahma hingga membuat Kana lupa diri untuk beberapa detik. Kemudian ia melirik Affan yang sedang menikmati kesenangan Mamanya.

"Cihuiii...," ledek Dira yang juga terlihat bersemangat. Dari dalam kamar ia mendengar suara heboh dari mamanya. Membuatnya penasaran.

"Sekarang kalau ke rumah udah nggak ngabarin aku lagi ya. Mentang-mentang bakalan mau jadi kakak ipar aku," ledek Dira lagi. Tentunya pada Kana.

Bukan hanya Kana yang buat mati kutu. Affan pun sama.
Dikeroyok oleh mama dan adiknya tidak lah mengenakan.

"Ma, Ra! Abang mau kedalam dulu," sebelum ia benerobos begitu saja menuju kamar terlebih dahulu ia mengkode Kana untuk stay dulu bersama keluarganya.

"Heii!!! Main tinggal-tinggalin aja. Percayaan banget kalau Kana bakalan aman ditangan kita," teriak Dira namun diabaikan Affan.

"Gimana, udah agak mendingankan?" Tanya Fahma sambil menggiring Kana dan Dira keruang tamu.

Kana menjelaskan bagaimana keadaannya. Seperti yang terlihat. Ia dalam keadaan sehat walafiat.

Fahma, Dira dan Kana bercerita banyak. Mereka banyak mengulas cerita-cerita lama dan masa kini. Namun mengabaikan cerita tentang Affan dan Kana akhir-akhir ini. Bukannya tidak penting. Tapi mereka kelupaan untuk membahas itu karena ada topik lain yang lebih menarik untuk diperbincangkan.

Dalam hati yang paling dalam, Kana terus merapalkan syukur.

"Assalamu'alaikum!"

Terdengar beberapa kali pelafalan salam dan ketokan dipintu. Membuat tiga wanita itu berhenti dari wara-wiri pembicaraan mereka.

"Ya.. wa'alaikumussalam," jawab mereka semua. Dira berjalan mendekati pintu utama rumahnya.

"Siapa Ra?" Ujar Fahma sedikit berteriak. Tak ada jawaban atas pertanyaan itu.

Selang beberpa menit Dira datang dengan satu orang tamu yang mengekorinya dari belakang.

"Cerry!" Tukas Fahma antusias.

Orang yang dipanggil Cerry tersebut tersenyum pada Fahma, lalu mendekat dan memeluk Fahma secara spontan.

"Apa kabar tante?"

"Alhamdulillah sehat," beber Fahma. Ia pun menepuk-nepuk pun Cerry dengan lembut. Rasanya sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan Cerry.

"Kamu bagaimana?" Ujar Fahma setelah melepaskan pelukannya. Kemudian mempersilahkam Cerry untuk duduk disampingnya.

Kana dan Dira cuma berhasil menjadi penyimak. "Alhamdulillah tidak kurang satu apa pun," ujarnya. Lagu-lagi ia tersenyum penuh makna kearah Fahma.

Kana hanya diam terpaku. Tiba-tiba ia merasa aneh dengan tontonannya kali ini. Rasa-rasa begitu menyiksa.
Melihat kedekatan Fahma dengan Cerry membuatkan bungkam.
Ia tahu siapa Cerry. Meski tidak terlalu mengenalnya. Cerry itu pengagum berat Affan. Wanita yang sampai kini masih berjuang sekuat tenaga untuk mengalihkan perhatian Affan. Yang sampai detik ini masih menyimpan rasa seluas angkasa raya untuk Affan.
Tiba-tiba ketakutan menjelma diseluruh tubuhnya.

"Cerry!"

Tak hanya si yang punya nama. Seisi ruangan melemparkan pandangannya kearah Affan yang terkejut mendapati Cerry dirumahnya. Belum lagi ada Kana disana.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang