49| Telah Move On

420 23 0
                                    

Jika sudah garis Tuhan, kita tidak bisa mengelak dari coretan itu. Dan jika memang bukan garis Tuhan, bagaimana pun kita meminta untuk ditoreskan? Satu titik tinta saja tidak akan terlayangkan jika memang bukan takdir kita.
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Beberapa hari sebelum aksi lamaran di pemakaman, Affan dengan wajah pucat menemui kedua orang tua nya. Mengutarakan niat baiknya.

"Aah? Apa?" Ulang Fahma. Ia bersitatap dengan suaminya tanpa berkedip. Bahkan ia tidak sanggup untuk menutupi keterkejutannya, karena ulah Affan yang ingin menikah.

"Menikah dengan siapa?" Tanya Fahma lagi. Seakan permintaan Affan untuk menikah hanyalah guyonan. Tidak seriusan seperti biasanya. Ketika itu, Affan memang belum menyebutkan akan menikah dengan siapa, hanya berkata ingin menikah.

Melihat Affan yang menatapnya intens dengan wajah memohon. Barulah Fahma sadar kalau anaknya itu sedang serius.

"Kamu mau nikah sama siapa? Jangan main-main sama pernikahan ya, Fan!"

"Jangan sampai pernikahan kamu jadikan ajang utuk melupakan Kana, Emang kamu pikir mama tidak tau, kalau kamu belum move on dari Kana? Kasihan wanita lain itu!" Sentak Fahma. Ia tidak mau anak laki-lakinya itu mempermaikan momen tersebut.

Memang dunia pernikahan akan semudah yang anak bujangnya itu fikirkan. Oh! Tentunya tidak! Apalagi cuma untuk mengalihkam dunia dari masa lalu.

"Aku udah move on kok ma!" Jawab Affan tegas.

Fahma kembali melototkan matanya mendapati ungkapan anaknya itu.

"Aaah? Secepat itu?" Ulang Fahma. Ia masih terperengah dengan Affan.

Sedangkan papa Affan tidak menimpali perbincangan antara ibu dan anak tersebut. Kebanyakan dari percakapan tersebut hanya dibuahi oleh kerterjutan Fahma dengan mata metot tidak percaya.

"Tapi, move nya disitu-situ aja." Jawab Affan sambil mengigit bibirnya. Ia menatap mamanya kembali sambil menampilkan giginya.

"Maksud kamu?" Kali ini yang bertanya bukan mama Affan, melainkan Papanya.

Affan memperbaiki duduknya. Dengan tenang ia pun mengulangi kembali niat baiknya yang ia utarakan beberapa menit yang lalu.

Jika sebelumnya ia tidak merincikannya dengan jelas, kali ini ia jabarkan agar tidak menimbun tanda tanya dikepala kedua orang tuanya.

"Hmm...," mulai Affan.

"Setelah Affan pikir-pikir. Ternyata Affan nggak bisa lupain Kana. Sekeras  apa pun caranya, Affan tetap nggak bisa lupain dia. Malah makin kesini, Affan semakin merindukannya bahkan Affan mengharapkan dia sebagai pendamping Affan kelak"

"Untuk itu Pa, Ma. Affan mau minta bantuan mama sama papa, untuk meminta Kana kepada walinya buat jadi istri Affan," ungkap Affan dengan tenang yang disimak baik oleh kedua orang tuanya.

Beberapa detik kemudian suasana berubah menjadi sunyi. Dan ketika itu, Fahma pun kembali bersitatap dengan suaminya. Saling bertanya dengan penglihatan masing-masing.

Affan dengan cepat menangkap aksi terkejut orang tuanya. Tapi ia tidak bisa meredam rasa tersebut. Wajar saja orang tuanya terkejut akan keinginannya itu.

"Kamu seriusan, Fan?" Tanya Fahma. Bukan karena meragukan keseriusan anaknya untuk menikah.

Hanya saja, Fahma tau betul hubungan Affan dan gadis itu akhir-akhir ini berjalan tidak baik-baik saja. Lalu hari ini, Affan mengutarakan niatnya ingin menikahi gadis itu.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang