36| Kamu Suka Aku, Nggak?

74 13 2
                                    

Kamu mau berjuang? Bagaimana jika dia tidak memiliki rasa sepertimu, bukankah itu sia-sia?
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Hubungan Kana dan Affan selepas pulang dari Payakumbuh berjalan semakin lancar. Yang biasa lumayan dekat, sekarang sudah dekat-dekat pakai banget. Sangat double perkembangannya. Bahkan bisa dicium aura-aura lain antara mereka.

Maksudnya, semakin bertambah kadar rasa masing-masing. Baik itu Kana maupun Affan. Yahhh, kalau Affan tidak perlu dijabarkan berulang-ualang. Apalagi momen kameren adalah hadiah terbaik untuknya. Benar-benar ia nikmati waktu bersama Kana.

Sesekali Kana juga telah berani unjuk rasa. Ya, walau masih terkesan kaku. Karena masih berusaha untuk menepis.

"Kamaren itu kan jalan-jalannya sama keluarga aku. Besok-besok ini kita berdua aja lagi yaa," tawar Affan pada Kana yang kini sedang duduk dihadapannya.

Kana yang sedang konsentrasi menyeruput minuman bublenya hampir tersedak atas penuturan tiba-tiba tersebut.

"Ngapain berduan?" Tanya Kana sewot. Ia masih dalam mode terkejut. Suatu kemustahilan jika ia mau diajak Affan pergi seperti kemaren. Apalagi keluar kota seperti itu.

Affan mengganguk dihadapan Kana, "Hmm... iya berduan. Masa kalau bulan madu ngajak mama? Yaa kan nggak mungkin."

Kali ini pasti buble yang diseruput Kana sudah bersimpang jalan ke tenggorokan.

"Apa?" Pasti Kana. Ia lebih ter'wow-wow' akibat penuturan Affan barusan ketimbang yang sebelumnya.
Bukan sekedar telinga Kana yang melebar. Mata dan mulut ikut menselaraskannya.

"Ihhh apaan sih?" Respon yang sering Kana keluarkan jika Affan sudah mulai ngelantur. Tapi naasnya kali ini, Kana berucap dengan pipi merona. Sudah memerah semuanya. Efek samping dari bualan Affan barusan, mungkin.

"Iya nggak mungkin kan? Apalagi kalau ngajak Vanka kayak biasa." Tambah Affan lagi. Kali ini dengan senyum usil yang melekat diwajahnya. Ia senang sekali melihat ekspresi terkejut Kana tersebut, ditambah muka masam nan sebal dari Kana. Benar-benar menggelitik hatinya.

"Ngomong apaan sih bang?" Gemes Kana. Bahkan ia sudah geram ingin mencabik mulut Affan.

Saking geramnya sampai Kana tidak bisa menahan cubitan kecilnya ditangan Affan. Sebanarnya ia ada keinginan menonjok Affan karena berani-beraninya mengobrak-abrik jiwanya. Tapi ia urungkan setelah menelaah arti Affan dihidupnya.

"Awww!! Sakit, Ann" Affan mengaduh sambil menetralkan rasa perih. Cubitan dari Kana barusan lumayan memberikan efek inflamasi ditangan Affan. Bengkak, memerah, meradang dan kepanasan.

"Itu makanya jangan ngelantur terus," tukas Kana. Merasa puas sendiri melihat Affan memderita ulahnya.

"Ehh nggak apa-apa kali plan masa depan dari sekarang. Siapa tau kejadian," timpal Affan. Satu tangannya mengelus-ngelus bagian yang terkena cubitan tadi.

"Terserah abang deh!" Kata Kana malas.
Affan memperhatikan Kana penuh seksama, "emang kamu nggak mau punya rencana masa depan sama aku?"
Lagi-lagi Kana melongo. Jika dalam keseharian Kana sering mendengar pengakuan suka dan cinta dari Affan, kali ini lain. Bahkan lebih diatas tingkatan tersebut.

Punya rencana masa depan bersama Affan? Kana menggeleng. Tentunya dalam hati.

Gelengannya bukan untuk jawaban atas luapan mulut Affan. Tapi, gelengan karena hatinya dipenuhi keraguan. Disemua rasa yang ia rasakan pasti selalu membuatnya kebingungan dan meragu. Benar-benar membuatnya menggeleng karena tidak paham. Kenapa dan kenapa?

"Kok diam? Aku tadi itu nanya lho" Tubi Affan. Affan sudah kembali kefase serius. Wajah tampannya sudah menatap Kana lekat.

Kana memang diam saja atas kalimat tadi. Dan mungkin untuk pertanyaan Affan barusan juga akan dijawab oleh diam oleh Kana.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang