33| Hidup Bercanda

89 14 7
                                    

Hidupku benar-benar menyedihkan, bahkan aku menangis utk semua kisah pahit dimasa lalu
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Semburat senyum membasuh pipi mulus kepunyaan Affan. Ia tak hentinya menyunggingkan bibirnya akibat pesan singkat dari Kana.

Kana: bg Affan marah sama aku? Kalau iya, aku minta maaf. Baiklah, aku akan mencoba untuk memperbaiki semua. Tapi aku tidak janji, akan persis seperti semula. Jadi tolong jangan marahan lagi.

Sebelumnya Affan memang marah pada Kana. Ah bukan! Lebih tepatnya kesal. Siapa sangka permohonan maaf Kana melalui jejaring sosial mampu melunakkan hatinya. Sebanarnya, Affan memang tidak betah mendiamkan Kana terlalu lama.

Affan langsung membawa benda canggih ditangannya itu ketelinga sebelah kanan.

"Halo!"

"Ya halo, kenapa bang?"

Afffan mengerutkan keningnya ketika suara balasan itu terdengar aneh. Dan tidak seperti biasanya.

"Kamu nangis, Na?" Tanya Affan khawatir. Jelas saja Affan bertanya seperti itu. Suara Kana terdengar sangat serak. Bahkan seperti selesai atau bahkan sedang menangis.

"Mmm.. nggak," kilah Kana diseberang sana dengan suara seraknya. Namun, Affan tidak semudah itu untuk percaya.

Affan yakin Kana sedang menangis. Tapi apa yang sedang ditangisi Kana? Apakah Kana sekalut itu karena ia diamkan selama dua hari?

"Kamu kenapa nangis?" Jejal Affan. Masih berusaha membuat Kana mengaku. Sesekali Affan memang mendengar tarikan ingus Kana diseberang sana.

"Aku nggak lagi nangis kok. Cuma lagi pilek aja," tentunya Affan tau, kalau itu hanyalah sebuah kilahan Kana.

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud mendiamkan kamu." Ungkap Affan. Mungkin saja Kana menangis ulahnya. Apalagi pesan permohonan Kana tadi belum ia balasi juga sampai detik ini.

"Aku menangis bukan karena bang Affan kok." Kata Kana. Sepertinya ia tidak berfikir panjang untuk mengucapkan kalimat barusan.

"Kamu benar-benar nangis?" Pasti Affan. Bukankah barusan Kana sedang mengakuinya.

Bukannya menjawab jujur, Kana malah berkilah lagi. Ia berusaha melobi Affan agar percaya, kalau ia sedang tidak menangis. Tapi sepertinya Affan sudah tidak bisa lagi ditipu.

***

Ting!

Kana melirik malas pada benda pipih diatas nakas tempat tidurnya. Moodnya benar-benar buruk hari ini. Ia membiarkan benda pipih itu terus terlentang diatas nakas tanpa ada niatan untuk meraihnya.

Ting!

Ting!

Kana sedikit terusik dengan nada penanda pesan masuk itu. Ia hanya melirik malas keatas nakas. Dengan stamina yang menurun drastis, Kana pun meraih benda itu. Ia bermaksud untuk mentidurkan benda itu sampai pagi besok. Setidaknya sampai moodnya membaik.

Ting! Ting! Ting!

Lagi-lagi nada itu keluar dari ponselnya. Sekilas ia melirik papan chat yang muncul dilayar.

Bg Affan: aku diluar

Bang Affan diluar?
Kana melempar ponselnya kekasur, dan tidak jadi mematikan ponsel tersebut. Dengan ragu ia berdiri dari tempat tidur lalu melangkah keluar kamar. Ia ingin memastikan pesan singkat dari Affan barusan.

Cekrekkk...

"Kamu mau keluar? Sepertinya Affan sudah dari tadi menunggu kamu diluar!" Beritahu Delia ketika baru saja membuka pintu kamar Kana. Kana mengangguk. Lalu meminta izin pada tantenya untuk menemui Affan.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang