45| Takdir Kita

59 7 0
                                    

Kamu memang tidak pandai dalam mentelaah. Bagaimana keadaan akan baik-baik saja jika aku kamu berakhir?
(Yuliasatr)
🍁🍁🍁

Tujuan Kana pergi ke kantor Affan memang tidak jelas. Dengan tekad bulatnya ia pergi begitu saja tadi.

Sekarang, ia tidak bisa percaya dengan tingkah anehnya itu. Lalu, jika nanti ia dipertemukan dengan Affan. Apa yang akan ia bicarakan? Sikap seperti apa yang akan ia ambil?

Dan sepertinya Affan memang sedang berusaha keras untuk pergi dari hidupnya. Terbukti dari ketidak ada kabaran dari Affan selama ini.

Satu bulan, cukup lama dan cukup matang untuk menyimpulkan sesuatu. Jika waktu itu diberikan untuk menyelesaikan suatu misi. Mungkin penyelesaian misi sudah sampai diujung atau bahkan misi tersebut sudah selesai. Begitu juga dengan Affan. Bisa jadi, Affan sudah berhasil mengabulkan permintaan Kana beberapa waktu lalu. Jadi, untuk apalagi Kana menemui Affan saat ini?
Menjelaskan?

Apa yang harus diperjelas oleh Kana? Yang pinplan dan egoisnya diatas rata-rata. Jika Kana menyesal sudah mengucapkan kata-kata itu pada Affan dulu. Bukankah sudah bisa dikatakan terlambat?

Belum lagi, apakah Kana mau dicap sebagai manusia penjilat ludah sendiri? Dulu dia yang ingin begitu, sekarang ia akan mengemis demi sebuah penjelasan? Iya? Benar begitu?

Entahlah. Kana pun menggeleng terus akan sikap dan tingkah tidak masuk akalnya.

"Ayolah, An! Move on!! Sudah terlambat untuk menyesali" teguhnya Kana sendiri pada dirinya. Seakan separuh dirinya masih ingin memperjuangkan Affan. Dan separuhnya lagi tidak.

Keacuhan dan ketidak hadirannya Affan belakangan ini membuatnya benar-benar Kacau. Tidak ada lagi kisah-kisah tentang mereka. Semua lenyap oleh waktu. Sunyi karena Affan tidak peduli lagi dengannya.

Hari terakhir pertemuannya kala itu pun tidak mengenakan. Jika memang harus berpisah, setidaknya momen terakhir mereka meninggalkan kesan baik.

Kana ingin menjelaskan saja sudah disela oleh Affan waktu itu. Bahkan Affan menyuruhnya untuk pergi saja. Tidak usah menungguinya. Kebetulan waktu itu Kana sedang menjenguk, waktu Affan kecelakaan.

Apa yang bisa diperbuat oleh Kana? Tidak banyak. Pergi. Karena Affan sudah tidak menginginkannya.

Setelah sekian waktu berfikir. Kana mengaku salah. Ia memang terlalu gegah menyikapi. Tidak berfikir masak. Dan main cepat dalam menyimpulkan. Ini semua akibat pertemuannya dengan Cerry waktu menebus obat tantenya beberapa bulan yang lalu.

"Na, aku ke kantin dulu ya. Mau beli minum, haus" ujar Dira waktu itu. Kebetulan Dira ikut menemani Kana ke rumah sakit.

"Nggak apa-apa sendirian?" Pasti Kana. Sengaja. Karena ia sedang menunggu antrian dipanggil untuk resepnya.

"Nggak apa. Tunggu disini aja" tukas Dira. Setelah itu ia meninggalkan instalasi farmasi rumah sakit tersebut menuju kantin. Jarak kantin dari sana memang cukup jauh.

Kana menunggu sendirian. Maksudnya, tidak ada yang ia kenal disana. Sambil mengisi kekosongan waktu, Kana bermain main game yang minggu lalu sempat ia instal diponsel canggihnya.

"Hi!" Sapa seseorang yang mengambil duduk disebelah Kana. Kana yang waktu itu sedang bermain game meninggalkan rutinitasnya sambil melihat kesampingnya. Setelah menyadari itu siapa. Ia pun tersenyum dan membalas sapaan orang tersebut.

Ya, Cerry. Ia adalah orang yang menyapa Kana barusan. Tersenyum manis dan menyapa Kana dengan hangat.

"Hai kak!" Sapa Kana kembali.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang