1| Aroma Rindu

917 83 24
                                    

Menyakitkan sekali jika kerinduan tak terlampiaskan, dan menahan tangis adalah usaha agar tak ditertawakan dunia.
(Yuliasatr)

Ig: Yulia.satr
🍁🍁🍁

Aroma kopi merasuki indera penciuman seorang Kana. Baginya menikmati secangkir kopi mampu mengobati rasa rindunya pada sosok pahlawan yang telah lama tidak ia temui. Seorang yang selalu menggetarkan raganya, memacu detak jantungnya, melukis senyum dihatinya. Siapa lagi yang kalau bukan Papanya. Manusia terhebat yang selalu ia banggakan pada siapa pun.

Namun, tak hanya itu. Apapun tentang kopi juga mengingatkannya pada Mamanya. Wanita pertama yang ia sayangi sepenuh hidupnya. Mengajarkannya tentang semua hal. Wanita yang setiap hari menyiapkan kopi untuk Papanya. Kana, juga merindukan wanita itu.

Kopi benar-benar meneguhkan kerinduannya. Belum lagi, di Bandung dulu ia selalu mendengarkan celotehan panjang papanya yang begitu menyukai kopi.

Kana meminum kopinya dengan beberapa tegukan. Rasa rindunya semakin menjadi-jadi karena bayangan sang Papa dan Mama melintas-lintas dikepalanya.

Kali ini Kana memejamkan matanya. Ia benar-benar tak ingin menangis kali ini. Baginya menyakitkan sekali ketika kerinduannya tak terlampiaskan.

"Ya tan?"

Sebelumnya Kana menarik nafasnya perlahan, ia tak mau merepotkan sang tante karena ulahnya kini.

Syukur bagi Kana karena ia berbicara tak tatap muka langsung dengan tantenya, Delia.

Suara sedikit paraunya, karena ulah menahan rindu membuat Delia yang diseberang sana khawatir dengan keadaan keponakan kesayangannya itu.

"Kamu dimana sayang?" tanya Delia.

Tak berselang lama Kana hanya membalas dengan suara tarikan ingus.

"Ini Kana lagi nunggu hujan reda, kalau udah reda langsung pulang rumah tan," jawab Kana sebiasa mungkin.

Bukannya tidak tau, malah Delia tau betul keadaan Kana sekarang. Bermenung sendiri melampiaskan kerinduan. Tak jarang menahan tangisnya agar tak ditertawakan dunia.

"Baiklah, tante pikir kamu kenapa-kenapa soalnya hujannya deras sekali. Kalau hujannya sudah reda, kamu langsung pulang yaa," Delia merasa kawatir. Ia yakin Kana sedang tidak baik-baik saja hari ini.

Benda pipih berlayar datar itu masih menempel di telinga Kana. Sejak tadi ia berusaha menselaraskan rasa khawatir dari tantenya agar tak berbuah kesungguhan. Ia tak mau menyusahkan Delia terlalu banyak.

"Iya tan."

"Tante tutup ya, jangan nerobos hujannya. Daaa ..."

Semakin bertambah kadar kerinduan seorang Kana setelah mengakhiri panggilan telponnya dengan sang tante. Perhatian dari Delia mengingatkannya pada mamanya.

"Mama, aku kangen mama," ucapnya lirih. Kali ini dadanya benar-benar terasa sakit. Akibat ulahnya sendiri yang kerat sekali menahan tangis.

Air mata Kana memang jarang keluar. Itu adalah bentuk dari usahanya yang ia lakukan semenjak meninggalkan kota kelahirannya. Baginya terlalu banyak menangis tak akan merubah keadaan.

***

"Kamu tidak mengangkat telpon Vanka semalam?" tanya Delia pada Kana yang baru keluar dari kamar.

"Oh iya tante. Semalam aku sudah tidur," jawab Kana.

Delia hanya mengangguk mengiyakan. Ia tau ini hanya alasan Kana saja.

Something (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang