paham?

4.3K 257 22
                                    

Fea mematikan TV, ia mengendap berjalan menuju pintu, bel berbunyi sedari tadi, tapi, Fea sedikit trauma karena dua hari lalu baru saja ada yang mengirimkan dirinya paket yang berisikan pisau yang menyebabkan tangan Fea terluka dengan darah Fea yang masih berada di sana yang sudah mengering. Fea sungguh trauma melangkah keluar dari apartnya untuk sekarang semenjak kejadian itu dan surat ancaman yang menyertai pisau itu serta kejadian sebelum-sebelumnya turut membuat dirinya diselimuti rasa cemas dan takut.

Dan juga, Fea sadar satu hal sekarang, jika dirinya tengah menjadi incaran seseorang. Entah siapa itu, tapi orang itu berniat jahat padanya bahkan ingin membunuhnya.

Orang itu lebih mengganggu dirinya dari pada Kill dan Dev, lebih dan lebih gila dari Kill dan Dev.

Jadi, tidak mungkinkan salah satu dari mereka?

Fea menghela nafasnya, meneguk salivanya dan perlahan membuka pintu.

"Karin?"

Panggil Fea pada perempuan yang tengah membelakangi dirinya, tak lama perempuan itu berbalik dan  melayangkan tangannya tepat kearah Fea. Fea terkejut sontak ia memejamkan matanya dan berteriak, namun serangan itu tak kunjung datang membuat Fea membuka matanya kembali lalu menatap Dev yang tengah menangkap tangan perempuan itu lalu menepisnya kasar

"Apaan si lo anjing" Dev menatap perempuan itu

Dengan hitungan detik, perempuan itu berlari dengan cepat. Dev tak menghiraukan jalan itu, ia berbalik menatap Fea, gadis itu terdiam ditempat dengan tatapan kosong.

Dev menyentuh bahu Fea, "Fea" ujarnya lembut

Air mata Fea jatuh seketika tapi gadis itu segera mengusapnya. Dan berjalan masuk kedalam apartnya tanpa kata.
Dev menghela nafas, ia menutup apart Fea dan mengikuti langkah gadis itu.

"Lo udah sehat?"

"Gue takut, gue depresi, gue ketakutan" rancau Fea, ia menatap Dev dengan tatapan kosongnya "gue....ke...takutan Dev" bahu Fea terguncang.

Dev terdiam, tak tahu harus apa.

"Lo lihat" Fea menaiki tangannya "udah gak ada lagi lukanya, udah, hilang. Tapi gue gak mau kesekolah, gue takut, gue gak mau kesekolah lagi"

"Fe..."

"Dev...nyawa gue gak aman, hidup gue gak tenang, gue pengen hilang aja rasanya"

"Fea, lo gak boleh ngomong gitu"

Fea menampakan smirknya "apasih salah gue sebenernya? Kenapa gue di teror kayak gini" Fea terseduh.

"Teror? Lo...masih diteror?"

Fea mengangguk "pisau yang ngelukain tangan gue dikirim orang kesini dengan darah gue yang nempel yang udah mengering masih disana, gak hanya itu, pintu apart gue digedor-gedor jam 2 malam, bangkai tikuslah, gue udah muak tau gak"

Dev menatap perempuan itu iba, sedih rasanya. Tapi, ia juga tidak tahu harus bagaimana lagi.

...

Kill menatap dua orang yang sedang asik mengobrol di cafe dekat apart Fea. Sebenarnya Ia ingin mengunjungi gadis itu, tapi ketika dijalan ia melihat dua orang yang tak asing singgah dicafe ini, maka ia memutuskan mengikuti mereka hingga kesini, tentang bertemu Fea, itu bisa nanti.

Sedari tadi, Kill mendengar pembicaraan mereka, menghabiskan 3 gelas cappucino, namun, saat ia ingin memanggil waiters kembali, ia seketika menoleh kearah jalan, dengan cepat ia mengeluarkan uang dan menaruhnya diatas meja lalu berjalan dengan cepat menuju mobilnya. Mengendarai mobil itu dengan kecepatan tinggi. Kill benar-benar tidak tahu apa yang ia lakukan sekarang, seperti orang bodoh yang tidak ingin kehilangan seseorang.

Kill memerhatikan jalan dengan seksama setelah ia mendapatkan apa yang ia cari, Kill menguatkan gengamannya pada stir lalu ia menekan gas dengan kuat dan membanting stirnya tajam, hingga ia mendengar bannya meletus, stirnya sedikit tidak stabil namun, ia segera menekan rem. Mobil terhenti, Kill menghela nafas lega, ia meneguk salivanya. Membuang nafas dan membuka pintu mobilnya.

"Apa-apaan sih lo? Mau gua tumbur?"

Kill tersenyum "Ohh, hai! mantan temen" balasnya

"Gak usah basa basi deh Kill, mau lo apa?"

"Binar, apa kabar?" Ia menaiki satu alisnya, sungguh tidak tahu apa lagi yang harus ia katakan sekarang

"Ngapain nanya dia?"

"Ibu lo? Apa kabar? Udah lama gua gak mampir ke bar"

Dev menatap dirinya bingung. Kill tahu, Dev sedang memikirkan apa maksud dan tujuan dirinya yang sebenarnya.

"Udah gua bilang, jangan libatin keluarga gua, anjing!" Kill menampakan smirknya, apa benar sejahat itu dia dimata Dev?

"Weitsss, santai dong boss ku" Kill tertawa receh

"Gila lo emang" balas Dev, lalu ia memasuki mobilnya dan berlalu pergi meninggalkan Kill ditempat.

Kill menghela nafasnya, lalu ia membuka ponselnya dan menelfon teman bengkelnya.

Setelah temannya datang, Kill menjelaskan keadaan mobilnya, dan ia berlalu dari sana. Dengan senyuman devil yang ia tampakan, Kill mengepalkan tangannya.

Well, karena gue hampir mati dibuat sama kalian, setidaknya kalian juga harus ngerasahin yang sama bukan?

Adil kan?

...

Sampai disini, paham?

Jangan lupa vote sayang, tidak perlu membayar hanya beri vote dan tinggalkan komentar sudah cukup membuat aku semakin semangat update😊💛

Mine Or Mine[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang