bersama Dev

6.2K 378 4
                                    

"Ada lagi?" Tanya pelayan.

Dev menatap Fea seolah bertanya pada gadis itu, Fea menggeleng sebagai jawaban.

"Udah mbak, itu aja" jawab Dev

Pelayan itu tersenyum lalu berlalu dari sana. Saat diperjalanan menuju rumah Fea, Dev mengajak Fea untuk makan sebentar, karena hari juga masih siang dan Dev mau terus bersama Fea.

Dev menatap Fea yang terus menunduk, menggenggam tangannya yang berkeringat. Dev tahu apa yang Fea fikirkan. Fea hanya siaga jika sewaktu-waktu dirinya menjadi kasar kembali. Tapi ini semua tidak seperti yang Fea fikirkan. Dev sudah mengubah tujuannya.

Dev tersenyum kecil, lalu ia meraih satu tangan Fea, menggenggam tangannya yang berkeringat itu. Fea menatap Dev bingung.

"Gue tahu lo bingung sama sikap gue. Tapi, Fea lo salah paham, gue sekarang cuma mau jagain lo dari siapapun, termasuk Kill"

"Tapi, gue bukan siapa-siapa lo, yang harus lo jaga dari siapapun"

"Mangkanya, jadi milik gue"

Fea menarik tangannya dari Dev "Dev, kenapa lo berubah lembut kayak gini?"

"Ini mas, mbak, silahkan dinikmati" pelayan yang selesai menyajikan pun berlalu.

Dev menggeser makanan yang Fea pesan agar mendekat pada gadis itu.

"Makan dulu gih" ucap Dev

Fea menatap curiga Dev, Dev menghela nafas "gue gak ada niat buat ngeracunin lo kok Fe"

Fea menatap Dev.

Dev meraih garpu, lalu mengambil sedikit makanan dari piring Fea dan memakannya.

"Kalo lo mati, kita bareng, lo tenang aja! Ayok dimakan" ucap Dev setelah ia menelan makanan itu.

Fea dengan ragu meraih sendok dan mulai menyuapi makanan kedalam mulutnya. Dev tersenyum lalu bukannya makan Dev malah menopang kepalanya dengan tangannya menatap Fea lekat.

Fea melirik Dev sekilas ditengah-tengah makan.

"Jangan liatin gue kayak gitu dong" ujar Fea

"Kenapa?"

"Risih"

"Gue suka"

"Tapi, gue enggak"

"Gue gak peduli sayangnya"

Fea menghela nafas, lalu ia meletakkan sendoknya dan meraih jus dan meminumnya. Setelah itu ia menatap Dev.

"Kenapa lo berubah kayak gini? Gue gak mau berharap banyak dengan sikap lo yang hangat gini Dev"

Fea berbicara serius, pasalnya ia tak mau berharap banyak dari sifat hangat Dev.

"Maaf soal gue yang dulu, maaf kalo gue yang dulu nyakitin lo, tapi, seperti yang gue bilang tadi, dulu gue gak tahu kalo ada monster dihidup lo"

Fea mengernyit

"Intinya, gue gak mau buat lo takut sama gue, gue gak mau lo ngejauh dari gue. Gue mau jadi temen lo, gue mau lo jadi milik gue meski itu bakal butuh waktu yang lama, gue bakalan selalu ada disisi lo Fea, lo gak sendiri sekarang. Lo punya gue sekarang, gue gak akan biarin lo disakiti sama monster-monster gila itu lagi"

Fea menatap Dev, hatinya menghangat. tapi, ia juga takut sewaktu-waktu Dev berubah kembali.

"Jangan fikirin yang enggak-enggak Fea, gue tulus kok"

"kalo lo gini karena kasihan sama gue. Maaf, tapi gue gak butuh dikasihani"

Dev menggeleng "gue tulus, karena gue pernah berada diposisi lo, gak punya temen, dijahatin. Gue gini bukan karena kasihan sama lo, tapi, gue mau ngelindungi lo"

Fea diam. Bingung mau merespon seperti apa. Ia tak tahu Dev bohong atau tidak.

Dev tersenyum, Fea menatap Dev risih "emm, lo gak makan?" Tanyanya

"Kenyang"

"Lo belum nyentuh makanannya lho" ingat Fea, Dev mengangguk mengiyakan "udah kenyang natap lo"

Fea hanya menatap Dev datar. Namun, tak lama deringan ponsel Fea mengalihkan gadis itu, Fea membuka sebuah notif yang masuk.

Cantik, Kill gak suka Fea bareng Dev.

Fea sontak menatap sekeliling, mencari keberadaan sang pengirim.

"Kenapa?" Tanya Dev heran.

Fea mematikan ponselnya dengan cepat, ia memasukannya kedalam tas dan menatap Dev takut

"Dia.....dia...dia disini" ujar Fea

"Dia siapa Fea?" Tanya Dev yang tidak mengerti

"Kill" Fea memperkecil suaranya.

Dev melihat sekeliling, nihil. Tidak ada Kill disini. Dev menatap Fea kembali, "yaudah, kita pulang aja"

Dev berdiri lalu meraih tangan Fea menggenggamnya dan mereka menuju kasir untuk membayar kemudian pergi dari cafe.

...

Mine Or Mine[Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang