Baca narasi ya, jangan di skip satu katapun😙
...
Sudah satu minggu berlalu setelah kejadian tabrakan itu. Kondisi Kill dan Fea semakin membaik. Namun, kondisi Dev masih belum stabil, ia masih belum juga siuman semenjak hari itu. Dokter bilang jika Dev kemungkinan besar koma, karena ada benturan yang keras dikepalanya yang menyebabkan ia koma. Belum dipastikan kapan ia akan bangun. Hal itu tentu saja membuat ibu Dev sangat terpukul dan begitu pula yang dirasakan oleh Kill.
"Kill...ayok, balik keruangan"
Kill menatap Bobby, setiap hari semenjak ia sudah kuat berjalan, Kill selalu mengunjungi ruangan Dev, ia melihat lelaki itu walau hanya dibalik kaca pembatas ruangan.
"Gue denger, orangtua Fea, bakalan kesini ya? Tanya Bobby
"Lu serius?"
Bobby mengangguk dan membukakan pintu ruangan untuk Kill. Tepat saat mereka masuk keduanya sedikit terlonjak kaget melihat dua orang paruh baya bersama Fea.
"Eh, dad mom, ini Kill" ucap Fea mencairkan suasana
"Oh Kill, gimana kondisi kamu nak?" Tanya perempuan setengah baya itu
"Kill baik tante" ujarnya sembari tersenyum dan mendudukan badannya pada ranjang rumah sakit.
Matanya tak bisa lepas dari koper yang berada diruangan itu, serta semua peralatan di laci Fea sudah bersih entah kemana.
Tapi tak lama, pertanyaannya terjawab dengan datangnya beberapa perawat
"Ananda Fea? Mari saya bantu untuk pindah kamar"
Fea menoleh pada Kill, entah kenapa, ia merasa jika Kill menatap dirinya terus dan benar saja. Ia mendapati Kill menatapnya dengan Intens.
"Ahk, nak Kill. Kita pamit dulu ya" ucap ibu Fea yang sama sekali tidak ditanggapi apa-apa oleh Kill
Perawat itu membawa Fea pergi meninggalkan ruangan. Disusul oleh kedua orangtua Fea. Kill mengepalkan tangannya.
Bisa-bisanya kedua orangtua Fea mengambil gadisnya?
"Gue tau apa yang lo pikirin, tapi Fea bukan barang lo, dia punya orangtua yang berhak atas dirinya" ingat Bobby
"She's mine" tegas Kill menatap tajam Bobby, ia melepas paksa infus yang ada ditangannya yang membuat tangannya berdarah, Kill menarik salah satu baju pada nakas dan mengganti pakaiannya.
"Lo mau kemana?"
"Pulang"
"Lo gila ya? Ga bisa gitu kalo lo mau pulang" cegat Bobby, tapi Kill adalah Kill, Bobby tahu alasan lelaki itu mau dirawat dirumah sakit ini hanya karena Sklafea berada diruangannya. Entah apa yang akan Kill lakukan, tapi Bobby dapat memastikan, Kill tidak akan tinggal diam.
"Gue mau pulang" Kill meraih kunci mobil dari saku Bobby dan berlalu meninggalkan ruangan.
Kill dengan cepat membuka pintu mobil, ia mengendarai dengan cepat yang membuat pengemudi lain memaki dirinya. Kill benar-benar ingin membunuh seseorang sekarang atau mungkin dia saja yang mati sekalian.
Darah pada tangannya tak ia hiraukan, ia benar-benar tidak suka ada yang mengambil gadisnya. Mati-matian ia meminta agar mereka bisa satu ruangan, tapi ketika orangtua Fea datang mereka mengambil Fea darinya.
bunyi decitan serta dentuman membuat semua orang yang berada di dalam kantor Bobby keluar, mereka menatap mobil yang menabrak 2 mobil yang sedang terparkir. Tak lama mereka berhamburan pergi kala melihat Kill keluar dari mobil itu.
Kill melewati lobby dengan keadaan kacau, rahangnya mengeras, tangannya penuh darah dan tatapannya sangat tajam.
"Xio ikut saya"
"Baik pak" Xio dengan segera menyusul Kill
Kill menaruh sebuah ponsel diatas meja "cari tau apapun informasi yang bisa lu dapetin disini, sekarang"
Xio panik, ia dengan gugup mengangguk dan segera membuka laptop, mengotak atik laptop serta ponsel yang baru saja Kill berikan.
Kill mencuci darah pada tangannya, ia menatap pantulan dirinya pada kaca. Ia akan mengambil gadisnya kembali, ia menampakan smirknya namun setelah itu bunyi pecahan terdengar di telinga Xio, Kill kembali mencuci darah yang mengalir dari baku-baku jarinya.
"Udah?" Tanya Kill kembali duduk pada sofa dihadapan Xio
"Ini pak" Xio memberikan laptopnya pada Kill
Kill tersenyum menatap apa yang ia temukan disana.
"Malam ini, tim Killers free?" Tanya Kill melepas pandangannya dari laptop menatap Xio
"Tim Killers ada misi pak, tim Cobra baru pulang malam ini"
"Siapin peralatan gua, tambah peralatan tim Killers"
"Taatappi pak..." ucapan xio terhenti kala laki-laki itu menatap Kill yang menatapnya tajam
"Saya usahakan pak" Xio segera berdiri dan meninggalkan ruangan
"Gila ya lo? Gua ditahan dirumah sakit karena lo kabur anjing" Bobby menghempaskan tubuhnya pada Sofa
"Ga ada otak lo emang" lanjutnya
"Gua mau selesain semuanya, entah gua atau dia yang mati gua ga peduli, setidaknya masalah ini harus clear. Setelahnya, baru gua urus Fea"
"Apa yang lo rencanain?"
"You know for sure"
"Kill...." Bobby mengernyit
Kill menghela nafasnya "obatin tangan gua, buru" Kill memejamkan matanya sembari mengulurkan tangannya yang luka pada Bobby
Bobby berdecih, dengan sangat terpaksa ia berdiri dan meraih obat untuk membersihkan luka Kill dan mengobatinya
"Jangan lakuin sesuatu yang bahayain nyawa lo" oceh Bobby
"Hmm" balas Kill
"Gue serius Kill, jangan pergi sendirian, tim Killers ataupun Cobra ga bisa ikut lo"
"Gua bisa sendiri"
"Jangan cari mati, lo yakin dia sendiri?"
"Yaudah kalo gitu mungkin gue yang mati"
"Ga sesimple itu Kill"
"Lo yang buat ribet"
Bobby menghela nafas, susah berbicara dengan orang yang keras kepala seperti Kill. Bobby menyudahi kegiatannya mengobati luka pada tangan Kill, laki-laki itu berniat pergi meninggalkan si keras kepala, namun tangannya dicegah oleh Kill
"Gue cape" ujarnya pelan sembari tersenyum
Banyak hal yang sulit dijelaskan dari senyuman yang Kill tampakan, Bobby merengkuh bahu Kill
"Its okay, i am here, lets make it done"
...
Duh Kill😭😭 sini sayang sini, pengen peluk😭😍
VOTE KOMEN YAAA, MAKSA NI😏🤣💛
maaf ya semua, i know, its been a long timeeeeeee, huhu::: tapi semoga kalian masih nungguin cerita ini ya🥺
I yellow u gais💛🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine Or Mine[Lengkap]
Ficção AdolescenteGue hanya ngingatin dua hal sama lo disini. Pertama, saat lo udah mutusin buat masuk kedalam hidup gue, gak bakal gue lepas lagi. Kedua, Selalu ada didekat gue dan hidup gue bakal jadi milik lo atau lo coba lari saat udah masuk kedalam hidup gue d...