49. DIA GAK SEBURUK ITU!

2.9K 145 12
                                    

"Abang kemana sih? Setelah ngomongin dendam-dendam itu tiba-tiba ngilang, ada tugas di luar kota ya?"

Ara membuang napasnya kasar, "ini sebenernya kenapa sih?!!"

Ara memilih keluar kamar, menuruni tangga ke lantai satu.

"Bi, mama, papa sama abang belum pulang?"

"Belum non."

"Oh yaudah deh." Ara kembali menaiki tangga untuk ke kamar.

Ya.. Niat Ara tadi hanya ingin bertanya seperti itu.

Handphone Ara berbunyi, mendandakan ada sebuah pesan masuk.

Rangga: Bisa lo keluar sebentar? Ada yang mau gue omongin.

Michella.ra: oke.

Ara kembali menuruni tangga untuk keluar rumah.

Di depan gerbang rumah Ara terlihat Rangga dengan motornya.

"Kenapa?" ucap Ara setelah membuka gerbang.

"Eh-"
"Yaelahh tuh muka biasa aja kali Ra."

"Gausah basa-basi, langsung to the point aja."

"Ra, percaya gak? bahwa orang yang sangat lo benci itu, adalah orang yang sedang berjuang nyelamatin lo."

Ara hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Sahabat gue gak seburuk dan serendah yang lo pikir."

Ara mengangguk-anggukkan kepalanya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Oo.. Jadi lo kesini cuma mau belain sahabat lo itu?"

"Lo juga sahabat gue! Gue gak mungkin belain salah satunya."

Ara diam, tampak jelas. Jelas sekali, bahwa Rangga tulus mengatakan itu.

"Gue cuma ngasih peringatan aja, hati-hati. Jangan sampe persahabatan lo buyar kek gue. Jangan kemakan omongan yang gak ada kebenarannya."

"Disekeliling lo ini, banyak orang yang gak suka sama lo Ra."

"Udah cuma itu aja sih, kalo ada apa-apa dan gak bisa cerita ke siapa-siapa. Lo boleh cerita sama gue."

"Gue juga bakal jaga lo kok Ra, tapi dari jauh. Gak akan ada yang nyakiti kalian."

"Gue cabut."

Ara menatap kepergian cowo itu dengan hati yang bergemuruh tidak jelas.

Sedangkan ditempat lain cowo berparas tampan ini melamun di sebuah tempat dekat danau. Sudah lumayan lama ia disini, hanya melamun dan sesekali melempar batu disekitarnya ke danau.

"Ma..." Ucapnya dengan melonjorkan kakinya yang panjang itu.

Menompangnya dengan tangan di belakang yang menempel pada tanah dan mendongakkan kepalanya ke atas, melihat awan-awan langit.

"Kalo mama disini, pasti Nauval gak akan sekacau ini."

"Dulu Nauval kesini buat nangisin mama, gara-gara kangen." Nauval berucap seraya terkekeh kecil.

"Soalnya ini tempat terakhir yang Nauval datengin sama mama."

"Ma, Nauval datang lagi."

"Nauval datang dengan keadaan yang sama, menangis. Tapi untuk orang yang berbeda."

"Kalo mama disini pasti mama udah bilang Nauval cengeng. Nauval bingung ma, Nauval cinta banget sama gadis itu."

"Tapi ma.. Nauval gak bisa liat tatapan benci itu yang ditunjukin buat Nauval."

Ketua Kelas VS Wakil Ketua Kelas (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang