16. Cerdas Cermat

751 76 6
                                    

Langit sore lagi-lagi menemaniku, sudah dua hari sejak aku keluar dari rumah sakit. A Bow sudah kembali berlatih dengan Timnya, kesibukan kami berdua telah berjalan kembali sesuai mestinya. Langkahku menuju rumah terhenti karena suara klakson dari motor kakakku di depan gerbang. Akupun kembali, untuk membuka pintu gerbang.

"Baru pulang de?"tanya Kakakku, sambil memasukan motornya ke teras rumah.

Aku mengangguk, "Cape!"keluhku.

Setelah Kakakku memarkirkan motornya ia berjalan mendekat ke arahku yang berdiri di depan pintu rumah. "Kasian adik Aa nih..."ledeknya sambil mengelus kepalaku.

"A Bow cape enggak?"tanyaku.

Dia menggeleng, sambil mencoba membuka kunci pintu rumah.

"Bia besok Lomba Cerdas Cermat di Kantor Dinas pendidikan Jawa barat. A Bow datang ya,"pintaku.

Kamipun masuk kedalam rumah, "Iya,"katanya sambil kembali menutup pintu rumah.

Akupun memeluk sekilas Kakakku, "Terima kasih Monsterku,"ujarku kemudian berlari menuju kamar.

-
Setelah aku dan Kakakku makan malam, aku kembali bergegas menuju kamar untuk mempersiapkan Lomba besok. Tim perwakilan sekolahku terdiri dari aku, satu Siswa kelas IPA 1 dan satu lagi seorang Siswi dari IPA 2. Tak ada satupun yang aku kenal dari mereka, tapi aku harus berusaha jadi Team work yang baik dengan mereka demi mengharumkan nama sekolah ku esok hari.

Suara pintu kamarku di ketuk membuatku menatap pintu dari meja belajarku. "Masuk..."teriakku.

Pintupun terbuka, menampakan pria berjambul yang masih memakai kaos official Timnya dengan sarung membuatku tertawa geli. "Hahaha...baru di sunat A?"tanyaku bercanda.

"Kalau kata fans Aa, kegantengan Aa naik waktu Aa pake sarung."sahutnya kemudian duduk di tepi ranjang kasurku yang terdapat di samping meja belajar.

"Lain kali di lapangan juga pake sarung aja, biar gantengnya nampol!"ledekku.

"Hm..."

Aku lagi lagi tertawa,

"Besok jam berapa?" tanyanya.

"Jam 10 sih. Tapi Bia ke sekolah dulu Pagi,"

Kakakku hanya mengangguk. "Oh Okey...Eh Witan kemana sih, kok enggak kelihatan?"tanya Kakakkku.

Aku menatapnya dengan memicingkan mata, "Cie...Kangen si Hiu Ketan ya?"

"Enak aja! Enggak lah, cuman tumben aja dia tidak berkeliaran di sekitarmu."

Aku menunduk, "Iya...Witan TC Timnas A,"jawabku pelan, masih ada sakit yang ku rasakan ketika aku tak mengambil kesempatan menjadi punggawa bangsa seperti Witan.

A Bow menepuk pundakku, "Maaf kalau Aa egois udah larang kamu jadi pesepak bola. Aa cuman mau jaga kamu."

Aku mengangguk, dan mencoba memaksa senyumku. "Enggak apa-apa A. Lagian enggak semua Mimpi bisa kita gapai di kehidupan, ada beberapa mimpi yang emang tempatnya bisa di gapai cuman saat kita tidur."

Kakakku bangkit, ia mengelus kepalaku."Aa cuman mau yang terbaik buat kamu, dan itu bukan sepak bola."katanya dengan senyum.

Aku hanya bisa membalasnya dengan senyum, masih banyak pertanyaan yang harus aku dapatkan jawabannya darinya namun ini bukan waktu yang baik, aku hanya takut karena pertanyaan itu hubunganku dengan kakakku menjadi berjarak lagi.

"Dah tidur, nanti besok kesiangan. Besok janji deh Aa datang."ujarnya membuatku mengangguk dan menutup buku yang sedang ku baca. "Mimpi indah jantung hati Aa,"ucapnya kemudian mengecup pucuk kepalaku.

Dekap sang PunggawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang