Tidurku terganggu karena suara bising, ku paksakan mataku terbuka. Ternyata hari masih gelap, terlihat dari jendela ruang rawatku yang sedikit tidak tertutup gorden. Ku lihat hanya ada Om Wisnu yang ada di ruanganku padahal sebelumku tidur ada Om Alisson juga, mungkin dia pulang.
Aku memerhatikan Om Wisnu yang tengah duduk terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Om,"panggilku lemah khas suara orang baru bangun tidur.
Om Wisnu tersentak dan langsung menghampiriku,
"Di luar ada apa? Kok berisik ya."tanyaku yang tetap terbaring."Itu...hm...Dokter sama suster yang lagi bertugas kali,"jawab Om Wisnu tak meyakinkan.
"Tapi kayanya ada orang berantem deh."
"Enggak bukan, kamu tidur lagi aja. Masih malem ini."
Aku hanya tersenyum,
Tak lama Om Alisson datang dengan tersenyum tipis, "Nu,"katanya tak mampu aku mengerti.Om Wisnu mengangguk, "Om keluar dulu ya, cari makan. Kamu di sini sama Om Alisson."
"Loh Om Alissonnya enggak di ajak,"
Kedua pria paruh baya itu hanya saling tatap, "Hm...Kan tadi sudah, ini gantian. Tidak apa apakan Om titipin kamu sama Om Alisson?"kata Om Wisnu.
Aku mengangguk dan mencoba untuk duduk dengan menyandarkan punggungku pada kepala ranjang rumah sakit yang di halangi bantal.
Setelah Om Wisnu pergi, kini aku hanya bersama Om Alisson. Dia terlihat duduk di sofa, sambil menyaksikan televisi dengan tatapan kosong.
"Om Alisson,"Dia seakan tersentak dan memandangku. "Iya? Perlu sesuatu?"
"Om kok enggak pulang?"tanyaku sambil menatapnya.
Om Alisson mendekat, ia duduk di bangku dekat ranjang sebelah kananku. "Kamu enggak senang ya lihat saya di sini?"
"Eh...enggak gitu, Bia cuman kasian aja lihat Om kayanya kecapean. Bia enggak apa-apa kok di tinggal,"jelasku.
Dia hanya tersenyum, kemudian tatapannya kembali kosong, entah sedang memikirkan apa.
"Om Alisson lagi mikirin sesuatu?"
"Hah?"
"Lagi banyak pikiran ya?"
Dia tersenyum, "Enggak,"ku tahu dia sedang berbohong.
"Om sejak kapan pindah ke Bandung?"tanyaku.
"Baru beberapa hari, kenapa emangnya?"
"Oh enggak,"sahutku sambil tersenyum.
"Om, pindah ke sini niatnya biar lebih dekat sama anak-anak Om, ngajak mereka bisa tinggal satu atap lagi, tapi anak Om malah enggak mau."jelas Om Alisson tanpa menatapku,
"Hm...yang sabar ya Om, semoga nanti Om bisa kumpul lagi sama keluarga Om."kataku mencoba tak terlalu ikut campur masalah keluarganya.
"Aamiin."katanya.
Aku hanya tersenyum, tak tau lagi harus berbicara apa. Aku tau kondisi Om Alisson pasti sedang tidak baik-baik saja sekarang namun dia dengan senang hati mau menemaniku di rumah sakit, beruntung sekali Om Wisnu punya teman seperti dia yang loyal.
"Abia kenal RJ udah lama?"tanya Om Alisson.
"Rendy?"
"Iya, kalau saya panggil dia RJ."
"Oh...udah lama kok Om, waktu Bia masuk SMP Rendy teman sekolahnya Bia sama Witan. Cuman waktu SMA kita pisah soalnya Rendy Home schooling terus waktu kelas dua SMA kalau enggak salah Rendy pindah ke Jakarta."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekap sang Punggawa
Fanfic#ProjectHalu #BowXBia Tak ada bahu kuat baginya selain bahu sang Kakak, tak ada kaki yang siap melangkah cepat menolongnya selain kaki sang Kakak, juga tak ada dekap paling hangat yang menguatkan selain dekap sang Kakak. Sang Kakak lah semangatnya...