21. Nasi liwet

658 84 7
                                    

Hari ini adalah hari di mana umurku berkurang, ada rasa sedih dan senang. Sedih karena jatah usiaku di dunia berkurang, dan senang karena satu langkah aku menuju diri yang lebih matang. Walau sebenarnya kedewasaan bukan terlihat dari berapa banyak angka tapi dari bagaimana kamu menyikapi setiap masalah yang ada.

Tak ada jadwal ke sekolah di hari ini, pengumuman kelulusanku masih sebulan lagi, sebenarmya aku sudah begitu bosan diam di rumah, apa lagi seminggu kemarin Witan dan Rendy mengikuti Training Camp lagi bersama Timnas.

Kini aku tengah menyantap sarapan berupa roti berisi telor ceplok dengan keju buatan kakakku, sedangkan pria di hadapanku ia tengah sarapan dengan roti berselai stroberry dan cokelat favoritnya.

"A Bow pulang latihan langsung pulangkan?"tanyaku.

Kakaku kini menatapku sambil menghabiskan roti suapan terakhirnya, ia meneguk air minum di gelas tepat di depannya. "Aa pulang agak sorean, ada acara sponsor sama Tim. Nanti sore kita jalan-jalan ya."

Aku cemberut, "Enggak PHPkan?"

Kakakku berdiri, "Kali ini Aa sedang berusaha untuk tidak PHP, jantung hatiku."sahutnya.

"A Bow enggak lupakan kado apa yang Bia minta?"

Dia terlihat terkejut. "Udah ya, Aa pergi telat nih."katanya sambil mengasongkan tangannya di hadapanku, membuatku menyalaminya sambil berdiri.

Setelah itu ia mengelus kepalaku, "Lanjutin sarapannya, habisin ya."

Aku memanyunkan bibirku karena tak terima di tinggal latihan di hari ulang tahun. Sudut bibir kakakku terangkat membentuk sebuah lengkungan indah bernama senyumman. Kakakku mendekat dan mendekapku dari belakang, "Selamat ulang tahun jantung hati Aa," ujarnya sambil melepaskan pelukannya.

"Terima kasih monster andalan, cepat pulang Bia tunggu."

Dia kembali mengelus kepalaku, "Udah ya, Aa harus latihan nanti telat malu sama pelatih dan para pemain lain, dah."katanya sambil mengecup pucuk kepalaku sekilas.

Aku hanya menatap ia yang hilang bersamaan pintu rumah yang tertutup, yang ku lakukan setelah ia pergi adalah kembali menyantap sarapanku walau sebenarnya diri ini sudah tak bersemangat.

Tok...Tok...

Suara itu berbunyi setelah aku menyelesaikan sarapanku. Akupun melangkahkan kakiku untuk membuka pintu, mencari tau siapa sosok yang datang bertamu ketika hari masih pagi.
Ku buka pintu perlahan,

"SURPRISE..."teriak kedua pria di depan pintu.
Aku terkejut melihat kedatangan mereka, aku tau mereka telah selesai Training Camp bersama Timnas namun aku tak menyangka mereka akan membuat kejutan untukku.

"Ah...Terima kasih, Tan, Dy."sahutku terharu.

Pria berambut jambul yang memakai kaos salah satu brand sepatu terkenal dengan celana di bawah lutut itu memegang piring dengan tiga tumpuk donat dan lilin berwarna putih yang cukup besar untuk mati lampu di tengahnya, siapapun yang melihat akan tertawa ketika melihat ide kedua sahabatku dalam membuat kejutan. "Tiup dulu nanti makin leleh lilinnya, ayo make a wish!"titahnya.

Akupun berdoa dalam hati meminta kepada rabb untuk memberkahi umurku yang sekarang, selalu memberiku kesehatan dan tak bosannya memberiku kebahagian dekat dengan orang-orang yang ku sayangi. Setelah berdoa akupun meniup lilin itu. Kami bertigapun bertepuk tangan. "yeahh..."

Pria berambut jabrig, dengan baju kemeja jeans dan jelana jeans panjang itu tos denganku, "Selamat ulang tahun By, semoga apapun cita-citamu dan harapanmu semua itu terwujud."

Aku mengangguk, "Terima kasih ya Dy, Aamiin."

Kini giliran Witan yang tos denganku, setelah itu ia memberikan piring yang berisi donat dan lilin tadi kepadaku. "Nih, Happy Birthday Abia Hariyani. Semoga semakin kuat, semakin jadi yang terbaik ya, Bia. Jangan sombong, terus ada di sampingku!"ujar Witan membuatku mengacak-acak rambut berjambulnya.

Dekap sang PunggawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang