11. Masa lalu yang kembali

790 76 21
                                    

Hari hariku semakin hampa, Kakakkku masih berdiam diri, tak mau berbicara padaku. Aku sempat kaget sebab ia sudah tak pulang selama dua hari, ternyata ia ada pertandingan away. Baru pertama kali ia away tapi tak pamit padaku, itu menandakan ia masih marah padaku.

Di hari libur ini, aku memutuskan untuk pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan makanan yang sudah habis di rumah, biasanya aku pergi dengan kakakku, tapi untuk saat ini sepertinya menunggunya bukan pilihan terbaik ketika sikapnya masih dingin padaku.

Aku berjalan masuk ke arah supermarket, membawa keranjang belanja. Ku berjalan menyusuri banyak makanan, ku masukan beberapa makanan yang biasa jadi santapanku dan Kakakku kedalam keranjang.

"By."panggil seorang pria.

Panggilan yang sudah tak asing, namun panggilan yang telah lama hilang, hanya ada satu orang yang boleh memanggilku begitu. Aku menoleh ke arah sumber suara, betapa terkejutnya aku melihat pria berkulit putih, dan berambut sedikit jabrik, salah satu teman masa laluku yang tak pernah lagi aku temui semenjak setahun terakhir, "Dy?"tanyaku pelan, aku menatapnya bingung dan masih mematung.

Bayanganku tentang pria tersebut kembali, kebersamaan kami, canda dan tawa kami dulu terputar kembali.

Pria tersebut berjalan mendekat ke arahku, "Apa kabar By?"tanyanya sambil menjulurkan tangannya di hadapanku.

Aku memalingkan wajahku darinya, bagaimanapun kesan perpisahan kita dulu tak begitu mengenakan meskipun dulunya kita adalah sahabat dekat, tapi hatiku masih sakit. "Baik, Maaf buru-buru."jawabku sambil berlalu menghindar darinya.

"By, tunggu..."katanya sambil mengejarku.

Aku memberhentikan langkahku, "Setelah Rendy menghilang dari kehidupan Bia, apa harus Bia nunggu Rendy?"tanyaku tanpa menatapnya yang berdiri di belakangku.

"By, semua ada penjelasannya. Setelah setahun saya kembali bertemu kamu, apa saya tak bisa menjelaskan semua yang terjadi pada diri saya ini. Ini juga menyangkut kamu."

Aku menarik nafasku dulu sebelum berbalik ke belakang, "Bia pikir, kita udah enggak ada sangkut pautnya lagi. Maaf Bia buru-buru."sahutku dan kembali berlalu, kali ini Rendy tak mengejarku.

Rendy juliansyah, pria berawakan jangkung itu entah kenapa harus kembali pada kehidupanku. Dia sebenarnya salah satu sahabatku selain Witan, namun ia menghilang dari kehidupanku di saat masa sulitku satu tahun terakhir. Dia menghilang setelah ia mengucapkan kata sayang, namun ia kembali saat rasaku padanya sudah mulai hilang.

Setelah selesai memasukan semua belanjaanku ke keranjang, akupun berjalan ke arah kasir, lagi-lagi aku menemuinya di sana. Ia yang memakai hoodie hitam itu tersenyum padaku, senyumnya masih sama, senyum yang terukir indah dan menyejukan itu masih ada. Namun rasa sakit di hatiku terlanjur menyelimuti, aku tak mau rasa sakit yang dulu terulang kembali.

Kami berdiri bersebelahan pada antrian yang berbeda, kami saling tatap satu sama lain, tatapannya dalam seolah masih memberi arti.
"Belanja sebanyak itu sendiri? A Febri kemana By?"tanyanya.

"Away,"jawabku singkat tanpa melihatnya.

"Turut berduka cita ya atas meninggalnya Ibu,"sahutnya pelan hanya bisa ku dengar.

Saat Ibu meninggal, ia tak menampakan batang hidungnya sama sekali, saat itu padahal sosoknya yang aku butuhkan namun ia hilang. Sekarang ia datang kembali dengan tujuan apa? Membuat luka yang sama atau mencoba membuat luka baru?

Aku tak lagi meresponnya, hingga selesai urusanku di kasir, aku buru-buru keluar dari area supermarket, sedangkan Rendy masih dalam antrian.

Aku berjalan ke arah jalan raya, menunggu angkutan umum untuk kembali pulang ke rumah. Rasanya aku ingin segera sampai rumah merebahkan tubuhku yang terasa sangat lelah ini, banyak masalah yang datang tanpa tau caranya menyelesaikan, banyak pertanyaan yang sampai saat ini belum aku temukan jawabannya.

Dekap sang PunggawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang