Aku membuka jendela lebar-lebar, membiarkan udara pagi masuk memenuhi ruangan. Kupejamkan mata, menghela napas panjang sampai oksigen menyesaki paru-paru. Kabut tipis melayang-layang, sementara embun bergoyang di pucuk-pucuk dedaunan. Kusesap kopi hitam yang asapnya masih mengepul dari cangkir. Pelan, hingga kehangatannya mengaliri kerongkongan.
Ah, pagi yang indah sekali.
Kerinduan membuatku menelpon suamiku yang berada jauh di tanah kelahiran. Penelitian untuk tesis mengharuskan aku melewatkan sepuluh hari di Singapore seorang diri. Menikmati pagi di kota metropolis ini sendiri, dengan sabda alamnya yang jauh berbeda dari kampung halaman.
'Maaf, nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan'.
Sepuluh kali aku menghubunginya, sebanyak itu pula operator menjawab panggilanku. Mungkin ponselnya mati? Atau sedang di-charger?
Baiklah, biar kutunggu barang beberapa menit lagi sembari menonton televisi.Tombol power di remot TV mengantarku pada sebuah channel saluran berita. Tidak kudengar kicau penyiarnya yang cantik dan berbahasa Inggris itu, karena headline berita tersebut sudah membuatku gemetar hebat.
"Gempa Berkekuatan 7,7 SR Mengguncang Donggala, Palu, Indonesia Pagi Ini."
Suasana pagiku berubah suram seketika. Bagaimana keadaan suami dan anak-anak? Apa mereka selamat? Aku harus pulang sekarang! Berbagai asumsi menjejali otakku sebelum aku jatuh pingsan.
-end-
Untuk mengenang Palu, jangan lupa voment, ya! :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora
Cerita PendekKumpulan fiksi mini dengan genre campuran, cocok dibaca waktu santai sambil ngeteh plus nyemil gorengan. Nikmat mana lagi yang mau didustakan? Sooo .... Enjoy it!