Aku sudah menyukaimu sejak kamu pindah ke rumah ini. Saat kamu masih berkucir kuda, berkepang dua, hingga kini kamu dewasa. Eengg ... bukan apa-apa, hanya saja kamu mirip sekali dengan wanita yang dulu sangat kucintai. Jadi, jangan heran kalau sekarang aku juga mencintaimu.
Kau punya segalanya yang kuimpikan. Wajah manis, gigi gingsul, lesung pipit, dan satu lagi, keberanian. Inilah yang membuatku yakin kamu akan mampu menerimaku, tidak seperti wanita yang dulu kucintai itu. Dia penakut sekali.
Yah, walaupun sejauh ini kamu tidak pernah menganggapku ada. Aku tidak akan menyerah, meski letih, meski perih. Tuh, kan, aku jadi ikut melow gara-gara lagu Antara Ada dan Tiada yang sedang kamu dengarkan di radio.
Aku ingin bertanya, kenapa kamu selalu memalingkan wajah manismu saat menatapku. Padahal, setiap hari kita selalu bertemu, bahkan tidak jarang bertatap muka. Aku senang sekali memandang wajahmu lekat-lekat dari jarak yang demikian dekat.
Cuma lima sentimeter saja, seperti judul film, ya? Iya, tapi setiap itu pula kamu langsung pergi. Apa sih, yang kamu rasakan? Bukannya di sinetron-sinetron TV Indosemar, adegan seperti ini romantis sekali? Apalagi kalau diiringi lagunya Opick yang rahman-rahim-rahman-rahim itu. Nyambung tidak?
Pagi ini kamu seperti riang sekali, juga kulihat banyak orang di rumah. Bahkan, seluruh keluarga jauhmu yang tak asing bagiku pun turut berkumpul. Ada acara apa, sih? Tanyaku dalam hati. Maklum, sudah tiga hari ini aku pergi ke luar kota. Yah, biasa, dapat undangan dari ketua pimpinan karena ada pelantikan anggota baru.
"Mia, sudah siap belum?" Mamamu berteriak dari lantai satu.
Kamu masih di atas, di kamarmu, dandan. Aduhai, kau cantik hari ini dan aku suka. Tuh, kan, aku jadi melow kelobow-lobowan begini gara-gara kamu.
"Iya, Ma, sebentar lagi!" jawabmu membalas teriakan Mama.
Kamu pun mengakhiri sesi dandanmu dengan memoles gincu merah yang membuat bibirmu merekah memesona. Astaga, aku sampai ngiler dibuatnya.
"Cepat, keluarga Dani sudah hampir sampai. Barusan ayahnya telepon Mama. Jangan telat di hari lamaranmu sendiri, Mia!" Mama melongokkan kepala dari balik pintu kamar saking tak sabar menunggu kamu di bawah.
Apa? Lamaran? Hatiku mendadak mati rasa. Mia, kamu sungguh tega. Padahal, setiap kumelihatmu aku selalu merasa di hati bahwa kamulah cinta sejati. Aku juga sudah setiap waktu membisikkan kata-kata cinta untukmu saat kamu tidur, mandi, makan, terus pokoknya! Namun, kenapa dengan semua usaha itu aku tak juga bisa menggapaimu? Apa benar kamu cuma mimpi bagiku?
Baiklah, sebelum semuanya terlambat dan membuatku menyesal, aku akan menemuimu. Sekarang juga agar kamu tahu kalau aku itu ada. Inilah saatnya! Tepat pada saat kamu mematut-matut diri di cermin sebelum keluar kamar, aku memutuskan untuk muncul di hadapanmu.
"Aaaaaaaaaa!"
Wagelaseh! Kamu kenapa, Mia? Kenapa teriak keras sekali, pingsan lagi! Haduh, sepertinya aku salah menduga. Seberapa pun keberanian yang kamu miliki, rupanya kamu tetap takut melihat makhluk yang menenteng kepalanya sendiri. Penuh darah, mulutnya dijahit pula! Ya, Seperti aku ini.
Duh, Tuhan, kalau begini caranya aku akan jadi hantu jomlo sepanjang umur matiku. Mia, Mia, ternyata kamu sama seperti wanita yang sangat kucintai dulu, tidak mampu menerimaku. Mamamu.
-end-
Dasar hantu galau! :D

KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora
Historia CortaKumpulan fiksi mini dengan genre campuran, cocok dibaca waktu santai sambil ngeteh plus nyemil gorengan. Nikmat mana lagi yang mau didustakan? Sooo .... Enjoy it!