Gerimis tipis menemani perjalanan pulangku sore ini. Menepi sebentar untuk memakai jas hujan, kuputuskan mampir ke warung makan langganan. Aroma ayam goreng kesukaan Zahra, anak sulungku, langsung menubruk indera pembau. Ah, dia pasti sudah tidak sabar menunggu pesanannya ini.
"Jangan lupa ayam goreng ya, Bunda!" ujarnya tadi pagi saat kami berangkat bersama. Aku ke kantor, dia ke sekolah.
Lamunanku buyar saat suara laki-laki itu melengking memenuhi seisi warung makan.
"Hush! Pergi sana!" hardiknya sambil menggebrak meja, membuat yang dihardik mencicit. Dia kemudian beringsut mundur dengan raut ketakutan, lantas berlari.
Hatiku mencelus menyaksikan pemandangan itu. Kan dia cuma minta makan, kalau nggak mau ngasih ya nggak usah berlaku kasar begitu, batinku. Ingin sekali memberi peringatan pada si lelaki namun, lidahku kelu.
Selesai membayar pesanan, aku segera menyusul dia yang dihardik si lelaki.
"Sebentar ya, Pak, saya mau ke sana dulu, nitip motornya dulu," kataku pada tukang parkir yang langsung bangkit dari duduknya saat melihatku keluar buru-buru.
Aku menyusuri jalanan kira-kira sepuluh menit sebelum sampai di sebuah pinggiran sungai yang kumuh. Huft, untung masih terkejar, gumamku. Pemandangan aneka sampah yang beradu satu menyambut penglihatanku. Entah jadi tanggung jawab siapa sampah-sampah ini, tak ada yang peduli. Kulihat dia yang dihardik si lelaki tadi berhenti di atas tumpukan kardus. Lembap, tanpa atap, dengan bau tidak sedap yang menyengat.
Ya Tuhan, hatiku bagai teriris saat menyadari di antara tumpukan kardus itu ada bayi-bayi mungil tergeletak tak berdaya. Dia yang dihardik si lelaki segera menghampiri bayi-bayi itu, menjilatinya satu per satu. Kelima bayinya merengek lemah, mencari susu sang induk dengan mata yang belum sempurna terbuka.
Ya Tuhan, andai si lelaki tadi menyaksikan pertunjukan ini, mungkin hatinya juga akan terenyuh sepertiku.
"Pus, pus." Aku mendekati makhluk kurus yang kini tengah menyusui kelima bayi kecilnya.
Dia memandangku lama, mungkin berpikir bahwa aku adalah spesies yang sama dengan lelaki yang tadi menghardiknya.
"Nggak, aku beda dari dia," kataku sembari meletakkan sepotong ayam goreng pesanan Zahra di hadapannya.
"Makanlah."
Sementara induk kucing itu makan dengan lahap, aku mencari-cari kardus yang masih utuh untuk membawa mereka pulang. Ah, Zahra pasti akan senang.
-end-
Sayangi binatang, mereka juga makhluk hidup seperti kita :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Alohomora
Short StoryKumpulan fiksi mini dengan genre campuran, cocok dibaca waktu santai sambil ngeteh plus nyemil gorengan. Nikmat mana lagi yang mau didustakan? Sooo .... Enjoy it!