3. MAD

218 42 43
                                    

Chapter 3. Mad
Get Yours


Akhirnya setelah kesibukan Jeno beberapa hari kebelakang membuat kami jarang menghabiskan waktu bersama, malam ini Jeno mengajakku jalan.

Andai saja tadi aku belum bangun, mungkin acara jalanku dengan Jeno akan batal. Karena sepulang sekolah kepalaku mendadak pusing dan memilih untuk tidur. Aku bangun jam setengah tujuh malam, untung saja Jeno mengirimkan pesan padaku sehingga aku bisa langsung bersiap.

Myeongdong adalah tempat yang sedang kami kunjungi. Sepertinya Seoul memang tidak pernah tidur. Semakin malam malah semakin banyak orang yang berlalu lalang, salah satunya aku dan Jeno. Suasana juga makin dingin. Tapi aku masih tidak ingin pulang.

"Senyam-senyum terus dari tadi, kamu mikirin apa?" tanya Jeno tiba-tiba.

"Aku seneng banget hari ini. Udah lama kita nggak jalan kayak gini," kataku.

"Akhir-akhir ini aku sibuk, kamu tau sendiri kan beberapa hari lagi aku bakalan ikut ternamen futsal," kata Jeno.

"Iya, tau kok. Semangat, ya!"

"Aku bakal lebih semangat lagi kalo kamu bisa nonton."

"Bakal aku usahain." Jeno tersenyum.

"Harus nonton pokoknya."

"Kalo aku nggak mau?"

"Aku cium, nih." Jeno mendekatkan wajahnya. Aku reflek menjauhkan wajahku.

"Jangan macem-macem, kita lagi ditempat rame."

"Kalo ditempat sepi kamu mau?"

"Enggak!" kelakarku. Dia cekikikan.

Jeno semakin mengeratkan genggaman tangannya. Sesekali dia mengecup pucuk kepalaku, mentang-mentang dia tinggi.

Saat aku sibuk mengagumi wajah Jeno yang tampan, tiba-tiba dia berhenti dan menatapku. Kami berada di depan toko yang menjual banyak sekali boneka. Mulai dari ukuran kecil sampai sangat besar.

"Kamu suka boneka?"

Kayaknya Jeno lupa kalo aku tidak begitu menyukai boneka. "Suka sih tapi nggak terlalu."

Tanpa aba-aba Jeno menyeretku masuk ke dalam toko. Bau khas boneka langsung tercium. Jeno mengambil boneka yang sepertinya menarik perhatiannya di luar tadi.

"Kamu suka nggak?" Jeno memperlihatkan boneka bentuk bulat warna kuning dengan mata hitam. Aku tidak tau itu karakter apa.

"Aku nggak terlalu suka boneka, Jeno. Percuma kalo kamu mau beliin," tolakku halus.

"Aku suka bonekanya, lucu. Bakal aku beli buat kamu."

"Tapi Jen-

"Udah ayok."

Jeno langsung menuju kasir. Setelah membayar kami keluar lagi. Dia memberikan tas berisi boneka itu padaku.

"Kamu susah banget sih dibilangin. Kan aku bilang nggak usah." Aku mencebik kesal.

"Dan aku gak terima penolakan." Lagi-lagi dia menampilkan senyum manisnya yang mampu membuat perasaanku melunak.

"Jeno!"

Aku dan Jeno reflek menoleh pada seseorang yang tadi memanggil Jeno. Aku menyesal kenapa disaat-saat seperti ini harus bertemu dengannya.

"Hai!" sapa Yiyang.

"Hai, sendirian aja?" tanya Jeno.

"Bareng temen, gue ngga sengaja liat lo disini jadi gue samperin." Yiyang melirik ke arahku. "Kalian lagi ngedate?"

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang