16. NOW, I KNOW

106 20 50
                                    

Chapter 16. Now, I Know
Get Yours➺

Tidak terasa sudah satu minggu sejak kejadian itu, kacau sudah. Kukira keadaan bisa perlahan membaik seiring berjalannya waktu, namun yang terjadi malah sebaliknya. Semuanya perlahan hancur dan mungkin sebentar lagi akan melebur, kemudian mengabur.

Satu minggu ini seperti bukan duniaku, selama itu aku dan Jeno jarang berbalas pesan 'pun sudah jarang berangkat sekolah bersama. Dia menawarkan selalu aku tolak. Bukannya aku ingin memperburuk keadaan tapi, aku ingin Jeno sadar dengan apa yang telah dia perbuat.

Aku selalu mengalah disetiap permasalahan yang terjadi. Tapi, bukan berarti aku bodoh.

Belasan atau bahkan puluhan kali aku coba membujuk Jeno untuk menjelaskan semuanya dengan jujur. Aku tidak pernah berfikir kalau Jeno rela berbohong demi menutupi kebohongan lainnya.

Sampai saat ini tidak ada satu pun anggota keluargaku yang tahu mengenai hal ini. Pernah dua hari yang lalu bunda bertanya mengapa Jeno jarang sekali main ke rumah. Kalian pasti sudah bisa menebak apa jawabanku, tentu saja aku beri alasan lain. Masalah ini cukup aku saja yang tau, biarkan aku menyelesaikannya sendiri.

"Jangan ngelamun terus kenapa sih? Lo tuh udah kek kehilangan gairah hidup tau gak?!" kata Somi dengan nada mengomel.

Kulirik dia yang tadi mengomel kini sibuk membuat boomerang sambil sesekali membenarkan tatanan rambutnya dan berganti gaya.

"Lo gak bakal ngerti Som, lo gak tau gimana rasanya suatu hubungan lagi berada diambang kehancuran," kataku.

"Iya deh yang jomblo can't relate! Eh, bukan jomblo sih, gue kan single."'

"Minggir lo monyet!" Yuqi tiba-tiba datang menggeser badan Somi hingga anak itu hampir saja terjengkang ke lantai.

"Kasar banget sih sama temen sendiri," cibirnya.

"Ya salah lo sendiri udah punya bangku ngapain duduk di bangku gue?"

"Kan bisa bilangin dengan cara baik-baik. Emang bangku ini punya nenek moyang lo?"

"Kalo iya kenapa?"

"Ya, ya udah."

Aku menghembuskan napas jengah. Mereka berdebat setiap hari apa tidak pusing? Aku saja yang berposisi sebagai penonton lama-lama jadi muak.

"Gue mau curhat."

Atensi mereka berdua beralih padaku. Dalam sekejap mereka sudah menopang dagu bersiap untuk mendengarkan ceritaku. Somi sampai memasukkan ponselnya ke dalam saku. Sekarang waktunya serius.

"Buruan cerita, gue udah bela-belain nahan buat gak main hp. Padahal notif ig gue banyak," kata Somi.

Somi bisa dikatakan sebagai orang yang populer di instagram. Orang-orang lebih mengenalnya dengan istilah selebgram atau ulzang. Jadi jangan heran kalau dia harus update setiap hari menyapa para followersnya. Tanpa bertele-tele lagi aku segera mengakatan hal-hal yang mengganjal dihatiku. "Gue sama Jeno-"

"Halah lo ngarepin apa lagi sama Jeno? Cowok kayak gitu mending lo tinggalin aja, perjuangan lo udah gak ada nilainya lagi dimata dia!" ceroscos Somi. Jiwa barbarnya keluar. Ada nada kesal ketika dia mengatakan kalimat tadi.

"Tapi, gue masih sayang. Dua tahun Som, itu bukan waktu yang singkat menurut gue. Hampir tiap hari gue luangin waktu buat dia, lo bisa bayangin udah sebanyak apa kenangan yang gue buat sama Jeno. Ini semua gak semudah itu," kataku sendu.

Somi berkedip beberap kali lalu menggeleng. "Terus, dengan keadaan yang sekarang lo masih mau bertahan? Hhh, kalo gue jadi lo, udah dari tiga hari yang lalu gue putusin Jeno!"

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang