17. WAKTU UNTUK KITA

88 21 50
                                    

Chapter 17. Waktu Untuk Kita
Get Yours➺

Aku pulang dengan kaadaan super kacau. Mata bengkak, hidung tersumbat, dunia terlihat seakan berputar. Somi dan Yuqi mengantarku hanya sampai di pintu depan, aku yang meminta. Mereka harus segera kembali ke sekolah karena ada ulangan dimata pelajaran selanjutnya.

Rumah sedang sepi. Hanya Kak Jaehyun yang menyambut kedatangan kami tadi. Dia amat panik ketika melihat kondisiku. Langsung saja aku dituntun untuk beristirahat di kamar. Dan disinilah aku sekarang, berada di atas kasur empuk dengan selimut yang hampir menenggelamkan seluruh badanku.

Pintu kamarku terbuka, munculah sosok Kakak ku dari balik pintu itu, dengan tangan memegang segelas air putih. Melangkah perlahan menghampiriku.

"Udah baikan?" Kak Jaehyun, duduk ditepi kasur.

Aku hanya diam lantas mengambil posisi duduk untuk meraih segelas air putih dari tangannya.

"Kak." Suaraku teramat parau.

"Iya, minum dulu," dia berucap seraya menuntunku minum.

Satu sampai dua teguk air mengaliri kerongkonganku yang terasa sangat kering. Keheningan menyeruak kemudian, Kak Jaehyun pun hanya diam memperhatikanku.

"Jeno jahat banget kak hiks," parauku yang setelahnya diikuti oleh isak tangis.

Kak Jaehyun menaruh gelas dari tangannya kemudian mendekap erat aku yang kembali terisak keras. Aku bisa merasakan sebuah tangan besar mengelus lembut kepalaku.

"Emang salah kalo Kenzi cemburu?" tanyaku menuntut, mendongak menatapnya sambil berlinang air mata. "Kenzi dianggap apa sama Jeno?"

Dia menangkup kedua pipiku. Tersenyum kecil dengan jari-jari mengusap aliran sungai kecil diwajahku. "Cowok kayak gitu gak usah kamu tangisin. Nanti kakak cariin yang lebih baik, ya? Orang baik akan menemukan yang baik."

"Tapi nggak ada yang kayak Jeno." Maksudku, hal-hal baik dari Jeno tidak akan bisa aku temukan di dalam diri orang lain.

"Yang kayak Jeno emang gak ada. Tapi ada yang lebih baik dari Jeno."

Percakapan panjang disore itu terus berlangsung hingga langit perlahan mulai menggelap. Disaat semburat jingga jati diri sang senja itu mulai menghilang.

Untuk sekarang mungkin masih sangat sulit untukku bisa melepasnya. Perlahan menyingkirkan pecahan kaca memori itu ke dalam sebuah kotak ingatan yang menyakitkan.

Butuh sebuah kebiasaan. Untuk diriku, mudah-mudahan bisa.

•GET YOURS•

Dentingan sendok terdengar memenuhi suasana makan malam hari ini. Kami berempat bisa berkumpul dimeja makan, jarang ada momen seperti ini karena Ayah sangat sibuk dengan pekerjaannya. Dia baru datang dari Daegu tadi sore setelah menghabiskan waktunya selama 3 hari disana.

"Jarang banget loh kita bisa ngumpul makan malam gini. Kenzi gimana sekolahnya?" tanya Ayah membuka topik.

"Biasa aja Yah, kadang seru, kadang juga bosen," jawabku lalu menyuap makanan.

"Kalo kamu Jaehyun, masih betah sendiri?"

"Gak ada yang lain gitu pertanyaannya?" Kak Jaehyun menggerutu kesal.

Ayah tertawa geli disela-sela makannya. Aku rindu dengan suasana hangat ini. "Anak kamu ngambek Bun."

"Anak ayah juga," kata Bunda mengoreksi.

Bunda menyendok makanannya, namun terjeda. "Oh ya ngomong-ngomong, Bunda udah gak pernah liat Jeno lagi. Dia sibuk, ya?"

Aku terdiam sejenak, meluangkan waktu untuk mencerna makanan dalam mulutku dengan benar. "Udah putus."

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang