9. TURNAMEN

115 28 55
                                    

Chapter 9. Turnamen
Get Yours➺

Tibalah hari dimana Jeno akan mengikuti turnamen hari ini. Rasanya aku juga ikut merasa gugup, berdebar tidak karuan.

Tadi kami sempat bercakap lewat ponsel sebelum dia berangkat ke stadion futsal. Para pemain harus sudah berada di lokasi satu jam sebelum pertandingan. Tim Jeno akan main tiga kali jika berhasil masuk ke babak final.

Pasti banyak siswa yang tidak sekolah hari ini dengan alasan mereka akan menjadi suporter dan mendapat dispen. Aku salah satunya. Kemarin malam aku bertanya pada Yuqi apakah dia akan menonton turnamen atau tidak dan anak itu hanya menjawab 'tidak tau'.

Ngomong-ngomong aku menonton pertandingan dengan outfit yang memang sudah diintruksikan oleh kepala sekolah. Minimal bawahan harus celana atau rok seragam sekolah. Jika diluar dari itu tidak akan diijinkan. Untung saja Jeno meminjamkan bajunya untukku. Kaos yang dirancang khusus untuk para suporter. Cukup kebesaran untuk ukuran badanku. Aku juga memakai topi sport sebagai tambahan.

Jeno juga bilang dia sudah meminta Mark untuk menjemputku. Tapi Mark belum juga datang. Mungkin lebih baik aku menunggu diruang tamu agar tidak bosan. Ada Kak Jaehyun disana sedang sibuk dengan kertas-kertas yang tidak aku mengerti.

"Nonton yuk kak!" ajakku, duduk disebelahnya.

"Gak bisa, lagi sibuk."

Aku mengibaskan tangan. "Katanya sekolah harus santai, gak perlu terlalu serius. Sekarang liat siapa yang sok serius," cibirku.

"Kan beda lagi sekarang," katanya. Dia selalu punya alasan untuk mengelak saat beradu argumen denganku.

"Dih, dasar. Ngomong-ngomong kok sepi? Bunda mana?" Aku menelisik sekitar.

"Lagi tidur di kamar, katanya gak enak badan. Tadi mau kakak anter ke dokter gak mau."

Kutepuk lengannya yang berotot. "Kok dibiarin sih! Tau sendiri bunda kalo gak diperiksa ke dokter gak bakal cepet sembuh."

Kak Jaehyun meletakkan tumpukan kertas itu diatas meja. Melepas kaca matanya lalu mengibaskan rambutnya ke belakang.

"Iya, nanti kakak anter ke dokter. Kamu juga jam segini belum pergi, awas entar telat nonton Jeno terus dia ngambek terus kamu minta maaf terus gak dimaafin, mampus dah."

Plak!

"Ngomong yang baik-baik! Kenzi sumpahin nih biar kakak jomblo seumur hidup." Aku menuding wajahnya. Terlihat tidak sopan tapi sudah biasa.

"Mau jadi adik durhaka?"

"Gak takut tuh, siapa yang mulai duluan?"

"Oh gi-

Tin!

Tin!

Aku sontak menoleh ke arah pintu. Senyumku langsung mengembang secara otomatis. Segera aku bangkit dari sofa. "Mark udah dateng, dadah Kak Jae! Jaga rumah baik-baik ya!"

"Nanti pas pulang kalo bisa mampir ke kedai dimsun!"

"Hooh!"

Di depan gerbang aku mengecek semua bawaanku, memastikan tidak ada yang tertinggal. Lantas kubuka pintu gerbang dan mendapati sebuah mobil hitam yang aku yakin pemiliknya adalah Mark.

Kaca mobil itu terbuka, menampilkan wajah Mark tengah tersenyum. Jika saja masih single pasti Mark sudah aku ajak berpacaran. Heol, penampilan Mark sekarang terlihat seperti boyfriend material.

"Masuk, kok bengong?"

Ucapan Mark seolah menyadarkanku dari lamunan. Aku mengangguk cepat lalu berjalan menuju pintu mobil yang satunya.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang