8. GYM

127 28 70
                                    

Chapter 8. Gym
Get Yours➺


Hari ini jadwal terakhir Jeno latihan. Mematangkan persiapan untuk turnamen besok. Aku harap semuanya berjalan lancar dan dia bisa melakukan yang terbaik.

Mataku fokus menyaksikan anak-anak futsal bermain di tengah lapangan, terutama Jeno. Teriknya panas matahari seakan tak mempengaruhi semangat mereka, disisi lain aku kasihan pada Jeno. Akhir-akhir ini dia pasti sangat kelelahan.

Ada Somi disampingku yang sedang asik mencoba berbagai filter instagram. Sesekali dia menjadikan anak futsal yang tengah bermain sebagai instastory. Ada Yuqi juga disebelahnya.

"AAA LUCU BANGET!"

"WAA GUE CANTIK BANGET ANJAY!"

"Aduh Som, suara lo dikontrol dong, berisik ah!" kata Yuqi frustasi.

Aku tertawa terbahak-bahak melihat Yuqi yang mengusap kasar kedua telinganya. Ekspresinya sangat tidak bersahabat. Tanpa mereka berdua kurasa hidupku tidak akan se-menyenangkan ini.

Somi dengan segala kehebohannya dan Yuqi yang masa bodoh. Tuhan memang punya cara-Nya tersendiri bagaimana dia menyatukan mereka.

"Dari pada lo banyak komen, sini ikutan. Liat deh aw lucu banget," kata Somi heboh.

"Au ah! Alay banget tau," tolak Yuqi mentah-mentah.

Seakan belum cukup, Somi mengarahkan ponselnya tepat di depan Yuqi. Membuat wajah Yuqi terpampang jelas dilayar kamera dengan filter yang sangat menipu.

"Somi, lo apa-apaan sih." Yuqi masih berusaha mengelak.

"Bisa diem gak? Liat deh lo cantik banget tuh," kata Somi.

"Mulut! Filter nipu aja dibangga-banggain," kata Yuqi.

Perutku rasanya keram karena terlalu banyak tertawa. Seharian ini ada saja kelakuan mereka berdua yang berhasil membuatku mengeluarkan gelak tawa. Air mata sampai menetes dari kedua pelupuk mataku. Astaga receh sekali.

Priiit!

Pelatih meniupkan peluitnya. Memberi kode untuk menghentikan permainan. Semua pemain nampak lega karena akhirnya bisa istirahat. Mereka semua menuju ke tempat teduh untuk berkumpul. Mark berlari kecil membawakan satu dus air minum untuk mereka.

Bukannya ikut bergabung dengan yang lain. Jeno malah berlari kearahku, dia membuka baju seenaknya dihadapanku memamerkan perut kotak-kotaknya, lantas bajunya dia sampirkan dipundak sebelah kanan. Tidak tau atau pura-pura tidak tau bahwa sikapnya itu membuat banyak gadis menjerit. Aku sampai malu sendiri karena harus melihat pemandangan itu, pipiku pasti sudah merah padam. Badan Jeno memang sebagus itu.

"Nanti aku pulangnya agak sore, kamu sama Yuqi dulu, ya?" kata Jeno kemudian melirik Yuqi. "Gak papa kan, Qi?"

"Iya tenang aja, Kenzi sama gue," jawab Yuqi.

Jeno mengangguk mantap sebelum akhirnya duduk disebelahku.

"Kenapa gak ikut gabung sama yang lain?" tanyaku.

"Gak mau, mereka semua bau keringet," jawab Jeno.

"Terus kamu enggak gitu?"

"Enggak lah, keringetku kan wangi," katanya dengan percaya diri.

Dia menyandarkan kepalanya di pundakku. Tangan kananku menyisir rambutnya yang basah oleh keringat dari belakang.

"Huft, gerah banget." Jeno menghela napas berat sembari mengibaskan tangannya.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang