20. HAECHAN ITU...

79 15 32
                                    

Chapter 20. Haechan itu... 
Get Yours➺

Sudah hari senin, cepat sekali. Apa hanya pikiranku saja bahwa sekarang satu minggu cepat sekali berlalu, bahkan belum sempat aku bisa merasakan hari demi harinya. Tapi ada sisi baiknya juga kenapa waktu cepat sekali berputar, karenanya aku sudah mulai terbiasa dengan ketidakhadiran Jeno.

Setidaknya sedikit demi sedikit aku sudah bisa menepis segala perasaanku untuk Jeno.

Aku memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas, beberapa detik kemudian diriku terdiam saat tanpa sengaja melihat sebuah figur berada di atas lemariku. Sebuah boneka besar yang dulu pernah dibelikan Jeno untukku. Nampak berdebu namun tetap terlihat lucu. Aku jadi bingung harus aku apakan semua barang-barang pemberian Jeno. Boneka itu mungkin akan aku berikan pada adik sepupuku jikalau suatu saat dia datang kemari.

Drrt..

Drrtt...

Layar ponselku menyala menampilkan ada sebuah panggilan masuk dari salah satu kontak. Aku tersenyum simpul begitu tahu siapa yang menelepon di senin pagi hari ini. Ibu jariku menggeser ke atas ikon hijau di layar benda persegi panjang ini lalu menempelkannya disebelah telinga.

"Selamat pagi."

Aku sedikit terenyuh mendegar suara unik itu menerpa gendang telingaku. "Pagi Chan, kenapa nelpon?"

"Udah siap?"

Dahiku mengkerut, "Hah, gimana?"

"Hari ini berangkat sama aku."

"Gak usah Chan, aku udah sama Kak Jaehyun."

"Aku juga udah bilang kok sama Kak Jaehyun, katanya kamu biar barangkat sama aku."

"Kok mendadak gini?" aku terkekeh.

"Mulai sekarang kamu berangkat sekolah sama aku."

"Aku jemput sekarang, ya."

"Eh eh, tapi... Ya udah deh, hati-hati."

"Hmmm."

Sambungan terputus setelahnya. Aku lalu menoleh ke arah cermin besar untuk melihat penampilanku, sempurna. Kemudian aku lekas turun ke bawah sembari menenteng tasku di tangan kiri. Di ruang tamu aku melihat Bunda yang tengah membereskan piring kotor bekas sarapan. Aku mendengus karena tak mendapati kehadiran Kak Jaehyun. Biasanya laki-laki itu duduk disofa sambil memainkan ponsel.

"Kak Jaehyun udah berangkat?" tanyaku pada Bunda lalu duduk dikursi tempat biasa aku makan.

Bunda berdeham sembari membawa piring kotor itu ke tempat cuci piring. "Udah dari tadi, katanya mau jemput seseorang. Pacarnya kali," kata Bunda.

Aku mencebik setelah menelan satu gigitan sandwitch. "Emang ada yang mau sama dia?"

"Ada lah, Kakakmu kan ganteng."

Ting!

Aku melirik ke arah ponsel. Melotot saat membaca pesan singkat itu dari layar kunci. Aku menegak segelas air putih dengan cepat dan hampir saja tersedak.

"Bunda, Kenzi berangkat!" Aku melesat menuju pintu rumah dan membantingnya keras tanpa sengaja.

"Hati-hati sayang."

Samar-samar aku mendengar seruan Bunda, menjawab ucapannya dalam hati. Aku berlari kecil menuju pintu gerbang untuk menemui laki-laki yang menjemputku hari ini. Laki-laki itu menoleh cepat begitu aku muncul dari balik pintu gerbang. Dia menampilkan deretan giginya.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang