6. BERTEMU ANONIM

155 35 54
                                    

Chapter 6. Bertemu Anonim
Get Yours

Disinilah aku sekarang, berada di dalam kelas sendirian. Oh bukan, ada Hyunjin juga yang duduk di belakang. Kami jarang berinteraksi, tidak seperti aku yang akrab dengan teman-teman lainnya. Tak ada sedikit pun niatku untuk mencoba bergaul dengannya, murid nakal dan selalu berulah. Membuat nama kelasku dicap buruk oleh para guru disini. Menyebalkan.

Yuqi dan Somi tak kunjung kembali dari perpustakaan, padahal hanya pergi meminjam buku. Anak-anak di kelasku satu persatu sudah mulai masuk ke dalam kelas karena pelajaran terakhir akan segera dimulai beberapa menit lagi.

Ting!

Mataku teralihkan tanpa diperintah. Ponselku akhir-akhir ini diramaikan oleh chat dari orang itu. Yang hingga sampai detik ini aku tidak tau siapa.

Anonim
|Udah seminggu dan kamu belum tau aku


Salah sendiri gak mau ngasi tau|


|Dan kamu nyerah?


Menurut lo?|
Udah cukup sembunyi2nya, buang2 waktu dan gak penting|


|Ayo kita ketemu
|Di ruang musik, itu pun kalo kamu mau
|Aku gak maksa


Seriusan?|
Tapi gue lagi ada kelas, mungkin gak bisa sekarang|


|Aku tipe orang yang gak suka menunda nunda
|Kalo kamu mau ketemu, dateng aja ke tempat yang aku suruh
|Hari ini

Rasa pensaranku sudah diujung tanduk. Andai saja pelajaran terakhir hari ini kosong, pasti akan aku temui orang itu. Aku selalu heran pada Pak Chanis, guru matematika yang selalu bisa hadir tiap ada jadwal mengajar. Bahkan aku punya julukan untuknya.

"Pak Chanis belum dateng?"

Spontan aku menoleh pada orang yang melontarkan pertanyaan itu. Yuqi, disebelahnya ada Somi yang sibuk berkaca dilayar ponselnya.

"Paling bentar lagi dateng, dia kan Pak nihil. Gak mungkin gak ngajar kalo emang bener-bener gak bisa," jawabku sesuai realita.

"Lo kok gitu sih jawabnya?" Somi mendengus kesal.

"Terus gue harus jawab kayak gimana?" Aku menaikkan satu alis.

"Seharusnya lo tuh jawab 'kayaknya gak bakal dateng deh, dia nggak ngajar hari ini' gitu!"

Aku dan Yuqi menggeleng pelan mendengar ucapan Somi barusan. Tiba-tiba munculah Pak Chanis dengan ransel yang selalu dia bawa. Walaupun dia guru muda, mengingat dia mengajar pelajaran yang tidak aku suka rasanya tetap menyebalkan. Kudengar Somi berdecak pelan lalu akhirnya pergi ke tempat duduknya.

"Buka grup dan kerjakan soal-soal yang sudah bapak kirim," ucapnya telak.

What the hell?  Yang benar saja? Jangan tanya bagaimana aku sekarang. Melongo, ingin berteriak di depan wajah Pak Chanis hingga air liurku keluar mengenai wajahnya itu. Yang lainnya nampak pasrah dan langsung mengerjakan soal-soal, beberapa ada juga yang memasang raut kesal sepertiku.

Seharusnya aku tidak perlu khawatir karena duduk sebangku dengan orang pintar. Tapi yang membuatku takut adalah jika ditunjuk ke depan untuk mengerjakan soal tanpa membawa buku catatan. Otakku tidak semudah itu bisa menghafal semua rumus yang sama sekali tidak ingin aku pelajari.

"Kamu!" tunjuk Pak Chanis dengan tangan memegang spidol.

Aku menoleh ke segala arah. Memastikan bahwa bukan aku yang ditunjuk namun, naasnya itu aku.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang