15. GONE WRONG

104 20 46
                                    

Chapter 15. Gone Wrong
Get Yours➺

Yang benar saja, aku kemarin menangis sepanjang malam. Sampai Kak Jaehyun berkali-kali memanggil namaku tapi aku semakin meredam suara isakanku supaya dia tidak datang ke kamar. Ku kira semuanya akan berjalan baik-baik saja, namun paginya Kak Jaehyun malah memberiku pertanyaan kenapa aku menangis semalam, lalu aku jawab kalau pendengerannya lah yang perlu diperiksa ke dokter.

Juga tadi pagi Jeno berniat untuk menjemputku karena keadaannya sudah membaik untuk bisa sekolah hari ini. Tentu saja ajakannya aku tolak mentah-mentah hingga berakhir aku diantar oleh Kak Jaehyun. Mungkin seharian ini aku akan menghindari Jeno. Aku marah? Eum, sedikit, lebih dominan kecewa. Ribuan pertanyaan muncul diotakku seperti; Jeno berubah? Hah!

Sebagai makhluk hidup seseorang pasti akan berubah, hal itu menandakan bahwa mereka tumbuh dan berkembang. Tapi, haruskah secepat itu?

Akibat aku menangis semalaman, berakhirlah aku sekolah dengan mata panda menghiasi wajah. Somi bilang wajahku sudah hampir menyerupai monster, untuk kali ini aku setuju dengan ucapannya karena keadaanku memang terlihat sangat kacau, baik fisik mau pun psikis.

Jam olahraga tengah berlangsung dengan cuaca yang agak mendung. Agaknya dia mengerti dengan perasaanku sekarang. Benar, terkadang alam lebih mengerti kita dari pada manusia.

"KENZI HELLOOO."

Aku menoleh pada seseorang yang berteriak tepat ditelingaku, Somi lagi. "Ck, apaan sih? Gue lagi bad mood," kataku.

"Idih, idih. Jangan gitu lah, mana Kenzi yang gue kenal, yang gak pernah galau mikirin cowok?" kata Somi mencoba menghibur.

Yuqi datang, dia baru selesai ikut penilaian. "Udah sih lo jangan ganggu dia dulu, jauh-jauh sana!"

"Lo juga dateng-dateng main sewot aja!" balas Somi.

"Suka-suka."

"Bacot!"

"Lo berdua bisa diem dulu nggak? Mood gue lagi rusak, mending kalian jauhin gue sementara, takutnya gegara gue kesel nanti malah gue lampiasin ke kalian," kataku.

Somi langsung menggebet lengan Yuqi erat. Menatapku dengan pandangan seperti--entahlah, kurasa dia ikutan kesal karena sikapku hari ini.

Aku menatap mereka berdua yang kini bergabung dengan anak-anak lainnya. Kuregangkan kepalaku dengan gerakan memutar, detik itu pula aku tak sengaja menangkap sosok Haechan yang juga tengah menatapku dari kelasnya--dilantai 2. Dia duduk didekat jendela yang mengarah langsung dengan lapangan. Haechan tersenyum simpul, itu terlihat sangat jelas. Aku balas dengan senyum canggung.

Tak lama setelah situasi tadi, suara Pak Junho mengintrupsi agar anak-anak berkumpul karena jam olahraga sudah hampir habis. Sedikit lega karena seperempat hari telah berhasil terlewati tanpa masalah, meskipun hatiku yang masih bermasalah.

Yuqi dan Somi sudah lebih dulu ke ruang ganti, aku menyusul setelahnya. Mereka mendengarkan ucapanku untuk menjaga jarak sementara. Flat sekali rasanya jika hanya seorang diri, aku penasaran bagaimana orang intovert bisa melalui hari-harinya dengan baik.

Aku melewati ruang musik ketika aku baru saja menaruh pakaian olahraga di loker. Aku mengintip melalui celah pintu yang sedikit terbuka dan mendapati ada seseorang disana yang tentunya sangat aku kenal siapa dia. Awalnya aku ingin masuk ke dalam, namun tak jadi karena lagi-lagi mataku menangkap pemandangan tidak mengenakkan.

Mereka tertawa, merasa bahagia satu sama lain. Bagian paling menyakitkan yaitu, laki-laki itu adalah Jeno. Aku meremat kain rokku kencang. Suasana sekitar mendadak terasa panas.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang