10. MARAH DAN CEMBURU

122 28 49
                                    

Chapter 10. Marah Dan Cemburu
Get Yours➺ 

Turnamen sudah berakhir setengah jam yang lalu. Aku sudah tidak kuat lagi berlama-lama disini. Keadaan stadion sudah mulai sepi penghuni, hanya menyisakan suporter dari sekolah lain yang asik bersorak merayakan kemenangan. Sayang sekali tim Jeno harus menerima kekalahan dibabak final. Aku tidak bisa membayangkan rasa kecewa dari tiap pemain. Mereka telah berlatih cukup keras namun apa daya tim Jeno kalah 1 poin.

Padahal aku sempat berharap bisa melihat Jeno memegang piala kemenangan. Dan aku bersorak meneriakkan namanya dengan bangga. Ah lupakan, semua sudah berlalu.

Aku dan Haechan berjalan beriringan keluar dari stadion. Dia memegang pergelangan tanganku erat sekali ketika melewati pintu keluar. Badanku serasa ingin remuk karena berdesakan dengan banyak orang. Yuqi dan yang lain entah dimana, kami berpisah begitu saja. Sepertinya dia keluar lewat pintu yang lain.

"Akhirnya bisa napas." Haechan bersuara ketika kami berhasil keluar dari kerumunan pintu. Aku menggeleng lemas.

"Lain kali gue gak mau ah nonton ginian lagi. Sesek napas tau!" Aku mengomel sembari mengibaskan tangan ke wajah, suara tawa Haechan terdengar setelahnya.

"Gak ada yang lucu," dengusku.

"Aku gak ngetawain kamu, aku ngetawain pemain futsal yang tadi." Dia kembali tertawa.

Aku bungkam, diam-diam merasa malu karena terlalu percaya diri kalau dia sedang menertawakanku. Aku memutar bola mata malas. Humornya sangat rendah ternyata. Padahal jika diingat kejadian tadi tidak begitu lucu, bahkan aku tidak tau dimana letak lucunya sampai dia terus tertawa tiap kali mengingatnya. Tidak perlu aku jelaskan apa yang terjadi, karena sungguh tidak lucu.

"Sekolah kita kalah," gumamku. Aku kembali merasa sedih, tepatnya kasihan pada Jeno. Dia sudah yakin bisa menang. Namun kenyataan tidak sejalan dengan harapan.

"Gak apa-apa, nanti kita coba lagi. Kita kalah untuk bisa bangkit menjadi yang lebih baik."

Aku mengangguk setuju dengan ucapannya. Setelahnya kami sama-sama diam. Mark juga entah dimana sekarang, aku harus pulang dengannya. Di dalam stadion tadi juga aku sama sekali tidak melihatnya. Mark seperti menghilang ditelan bumi. Hendak mengirim pesan pada Mark, tiba-tiba lenganku ditarik paksa oleh seseorang.

Rasanya sampai ngilu karena tangannya mencekal sampai ke tulang. "Siapa, sih?!"

Bibirku langsung mengatup rapat setelah melihat orang yang menarik kasar lenganku. Pacarku, Jeno. Menatap dengan pandangan tajam dan menusuk. Peluh membanjir di wajahnya yang sedikit memerah, ingin aku usap bulir-bulir keringat itu namun sebelum sempat melakukannya Jeno menepis tanganku. Nyaliku langsung menciut, tanpa sadar aku menelan ludah. Kurasa dia pasti marah karena kejadian tadi. Butuh penjelasan dariku.

"Oh, cuma berdua?" tanya Jeno masih dengan tatapan yang tidak melunak sedikit pun. Rahangnya juga terlihat mengeras.

"Ng-nggak kok, kita rame-rame. Tadi juga ada Yuqi," tukasku, menjelaskan yang sebenarnya.

"Jangan pikir aku gak liat kalian ngapain aja dari tadi." Jeno mengarahkan dagunya pada sosok yang dia maksud, yang tak lain adalah Haechan.

Tercekat, bibirku tidak mampu memberikan jawaban. Sel otakku seakan tidak bekerja saat ini agar bisa mencari alasan untuk aku katakan pada Jeno.

"Gue gak ngelakuin hal yang aneh-aneh kok ke cewek lo. Cuma sebatas nawarin minum karena kasian ngeliat dia neriakin nama lo sampe suaranya hampir ilang," kata Haechan. Dalam hati aku mengucapkan banyak terima kasih padanya untuk alasan logis yang dia katakan.

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang