2. FROM UNKNOWN

258 41 44
                                    

Chapter 2. From Unknown
Get Yours

Ketika mendengar suara lakson motor Jeno sudah terdengar beberapa kali dari luar, aku segera menghabiskan segelas susu di atas meja makan. Lalu mengambil tasku yang berada di sofa.

"Buru-buru banget masih pagi juga," kata Kak Jaehyun yang saat ini sedang menonton tv. Sepertinya dia mendapat kelas sore makanya bisa leha-leha. Enak juga jadi anak kuliahan.

"Udah dijemput Jeno. Nggak denger dia ngeklakson dari tadi? Kasian dia kelamaan nunggu."

"Hadeh bucin."

"Diem!"

"Kenzi udah sarapan?" tanya Bunda dari arah dapur.

Aku menggeleng dengan tangan memegang kenop pintu. "Kenzi sarapannya di sekolah aja Bun. Udah dijemput Jeno soalnya. Dah Bunda."

"Iya hati-hati!"

Tanpa basa-basi lagi aku keluar karena Jeno pasti sudah gondok menunggu di depan. Perlu dicatat, Jeno tidak suka menunggu.

Kulihat Jeno sedang memainkan ponselnya. Perkataannya kemarin masih terngiang-ngiang dikepalaku. Perihal dia yang chatan dengan perempuan bernama Yiyang. Sebenarnya aku masih kesal dan tak ingin dijemput tapi, kemarin dia terus memaksaku sehingga mau tak mau akhirnya aku berangkat dengannya. Lagi pula dia tidak akan mau menerima penolakan.

Aku berjalan menghampirinya. "Selamat pagi."

Dia menoleh lalu menampilkan eye smile handalannya. "Pagi sayang."

"Lama ya nunggunya?" Aku balas senyum padanya. Bagaimana pun rasa kesalku akan reda jika dia sudah tersenyum seperti itu.

"Lumayan. Aku jemputnya kepagian, ya?"

Aku mengedikkan bahu. "Gak pa-pa."

"Bawain gih." Dia menyodorkan ponselnya padaku.

Lantas aku naik ke atas motor ninja hitamnya. Menyandarkan dagu pada pundaknya. Rambut Jeno wangi sekali, kurasa dia abis keramas.

Diperjalanan kami tak banyak bicara. Hanya sesekali membahas tentang turnamen futsal yang diadakan minggu depan. Hingga akhirnya motor Jeno berhenti di parkiran sekolah yang luas. Aku turun dan mengembalikan ponselnya tepat ketika Jeno menstandarkan dongkrak motornya.

"Kamu ke kelas sendiri nggak pa-pa? Aku ada urusan sama ketua osis," katanya.

"Gak usah lebay, aku bisa sendiri."

Jeno mengelus rambutku. "Hari ini jadwal kelas kamu olahraga kan?"

"Males banget." Aku merotasikan mata malas. Aku suka olahraga, bahkan rutin seminggu sekali aku pergi ke GYM bersama Yuqi, hanya saja aku tidak menyukai gurunya. Maaf, aku bukan murid baik-baik. 

"Ayo dong semangat, katanya mau kurus."

Well, aku punya rencana untuk menurunkan berat badan karena terakhir kali berat badanku naik cukup drastis. Jeno juga memberi dukungan penuh akan hal itu.

Aku menghela napas pasrah, "Ah iya deh."

"Senyum?"

Jeno menarik kedua sudut bibirku membentuk sebuah lengkungan. Dia tertawa geli melihat ekspresi wajahku yang terlihat tidak bersemangat.

"Udah sana pergi," katanya.

"Kamu ngusir?" hardikku.

Dia malah tertawa kecil. "Enggak, aku liatin kamu dari sini."

Until I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang