Bagian 42 (empat puluh dua)

2.9K 166 1
                                    

"mengapa lo semua selalu menghindar dari kami?" Nathan bertanya pada Lucky cs saat jam istirahat tiba mereka berdua menghalangi jalan Lucky cs

"kami tidak pernah menghindar dari kalian" sahut Lusena dengan senyum yang mengambang diwajahnya

"itu hanya perasaan kalian saja" kini Kiki yang menjawab

"itu bukan hanya perasaan kami, tapi itu memang kenyataan" kata Daniel

"kalau memang itu kenyataan, terus ngapa lo berdua masih mengganggu kami" kata Lucky dingin membuat kedua pria yang berada disana langsung menatap ke arah Lucky

"gue dan teman-teman gue gak mau lo berdua dekat-dekat lagi sama kita" kata Lucky dingin kemudian menghilang dari sana

"maaf" kata Lusena lalu menyusul Lucky yang sudah pergi terlebih dahulu

"gue dan yang lain punya alasan, mengapa kami tidak lagi dekat dengan lo berdua. Jadi gue harap lo berdua bisa terima ini" kata Kiki dan kemudian ikut menghilang juga

"gimana gue bisa menerima ini, disaat hanya Lusena gadis yang bisa membuat gue jatuh cinta seperti ini" kata Nathan

Sedangkan Daniel dia hanya menatap kepergian Lucky cs dengan tatapan sendu. Tanpa kata-kata pun, orang yang melihat pandangan Daniel akan tahu apa yang sedang dirasakan oleh pria itu.

"gue akan cari tahu alasan kalian menjauhi kami"

Setelah mengucapkan itu Daniel pergi dari sana meninggalkan Nathan yang masih dalam belenggu kesedihan.

Sementara di hutan belakang VMA, Lucky cs duduk dengan wajah murung.

"gue gak tega membuat mereka seperti itu" kata Lusena

"gue juga" kata Kiki

"terus kalian pikir gue tega, gue sanggup ngeliat wajah sedih mereka gitu"

"ingat, kita punya banyak masalah yang harus kita selesaikan. Gue harap kalian tidak melupakan fakta itu"

"gimana mungkin kita bisa lupa Lucky, hidup kita tergantung dengan berhasilnya rencana kita nanti"

"Kiki benar, kita harus menyusun rencana bersama dengan para orang tua"

"kita tidak bisa melakukan rapat dengan para orang tua sekarang. Kalian tahu kan nyawa mereka sedang terancam dan gue gak mau ngambil resiko"

"tapi Lucky, mau gimana pun kita harus meminta pendapat mereka"

"lo tau kan Sen, kalau kita atau lebih tepatnya gue sekarang banyak yang mengawasi. Bahkan gerak gerik gue sekarang udah gak sebebas dulu"

"udah jangan berantam. Gini aja kita akan rapat tapi melalui telepati bagaimana?"

"oke gue setuju"

"tapi itu gak efisien, bertatap muka jauh lebih bagus dari pada telepati. Gimana sih lo berdua"

"lo apaan sih Sena, dari tadi lo selalu mempersulit keadaan. Kalau memang lo mau mengunjungi para orang tua, silahkan aja. Tapi ingat, jika terjadi sesuatu pada mereka gue gak akan ikut campur" kata Lucky dingin kemudian beranjak menuju hutan yang lebih dalam, disana dia akan menenangkan pikirannya yang terbalut emosi

"lo kenapa sih Sen? Apa yang sebenarnya ada di dalam otak kecil lo itu? Apa lo mau mengorbankan para orang tua?"

"gue.... Gue gak bermaksud begitu" lirih Lusena

"gue cuma mau ketemu sama mama dan papa. Gue kangen mereka, dan kalian gak mengerti gue"

"terus lo pikir gue gak mau ketemu sama orang tua gue gitu. Lo pikir Lucky juga gak mau ketemu sama mama dan papanya. Seharusnya lo tau Lucky jauh lebih merindukan orang tuanya dari pada kita. Dari kecil Lucky selalu diasingkan untuk keselamatannya, jarang bertemu dengan orang tuanya, bahkan dia lebih sering menghadapi maut dari pada bersenang-senang. Seharusnya lo tahu itu."

Lusena terdiam, dia tau bahkan sangat tahu bagaimana dulu Lucky sering menangis ketakutan kala melihat monster dan selalu bertarung untuk dapat bertahan hidup di hutan yang penuh bahaya. Dulu Lucky memang sengaja di asingkan karena kekuatannya yang sangat besar, di usianya yang masih kecil dia harus bisa menguasai kekuatannya yang besar.

"lo egois Sen, lo cuma mentingin diri lo sendiri. Dan gue gak kenal sama sifat lo yang ini"

Kiki pun berlalu untuk menyusul Lucky meninggalkan Lusena sendirian yang masih dalam keterdiamannya.

Jangan lupa vote dan comennt.

Vhalla Magic AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang