Tiga puluh sembilan

17 2 0
                                    

Tiga hari dari ujian akhir telah tiba. SMA Neptunus penuh dengan lautan manusia. Banyak yang akan mengikuti ajang pencarian bakat yang memang hadiahnya sangat menggiurkan. Walaupun tidak ada satupun yang tahu bahwa ini adalah akal-akalan Candra dan Hatma. Dua anak dan ayah tiri itu kompak menyembunyikan semua dari Nana dan Tio.

Karin tidak bisa tidak takut. Nyalinya sedikit menciut, walaupun dia hapal di luar kepala tarian yang akan ia bawakan. Teman-temannya sangat totalitas dalam mengikuti even ini. Dia yakin kalau mereka berlatih dengan baik, tidak seperti dirinya yang sembunyi-sembunyi.

Dia belum melihat Tio, tadi dia sempat melihat Tara, tapi mereka sekarang sudah tidak lagi di sini.

.

Di rumah keluarga Hatma, Tio duduk dengan kaku. Ada Nana di sebelah Hatma, mereka sedang membicarakan tempat kuliah Tio.

"Pa, masa harus ke Singapore, sih?" suara Tio meninggi. Tadinya dia mengatakan basa-basi tentang kuliahnya, papanya malah mau mengirimnya ke Singapura.

"Tadi kan kamu tanya papa, kamu lebih baik kuliah di Singapore saja, ambil bisnis. Lima tahun, nanti kalian lulus bareng," jawab Hatma santai.

"Pa, Candra kan sudah ke luar negeri, masa Tio juga bakal ikutan pergi juga."

"Sekolah bisnis di Singapore deket, Yo. Kamu bisa pulang kalau liburan semester."

"Pa-"

"Apa kamu mau ikutan ke Inggris juga?"

"Gak mau! Tio mau kuliah di Jogja, pa."

"Kenapa?"

"Ya, karena Karin bakal kuliah di sana."

"Kamu ini, ini kan kuliah bukan piknik atau pacaran, Yo."

"Tio nggak pacaran."

"Tio, kalau kamu nggak mau jauh-jauh, ya sudah di Singapura saja."

"Pa-"

"Kamu mau kemana rapi banget?" Hatma menyadari bahwa anaknya terlihat lebih rapi juga untuk mengalihkan pembicaraannya.

"Di sekolah, mau ada acara," Tio masih berdecak saat mengetahui Hatma mengalihkan pembicaraan mereka.

"Acara apa?"

"Ajang pencarian bakat. Hadiahnya sampai S2. Tio bingung, sebenarnya siapa donaturnya. Kenapa mereka mau menggelontorkan dana begitu banyaknya?"

"Kamu mau ikutan?"

"Enggak, Karin yang ikut."

"Dia mau ikutan?"

"Iya, setelah dipaksa juga."

"Syukurlah."

"Maksud papa?"

"Syukurlah, kalau dia mau ikut. Ini kan kesempatan bagus, siapa saja boleh ikut dan mendapatkan kesempatan yang sama, 'kan?"

"Iya, sih."

"Pa, kalau Karin masuk dan menang, dan dia mau kuliah di Jogja, Tio mau ikut dia kuliah di sana."

"Tidak bisa," ucap Hatma datar.

"Pa-"

"Ini hidup kamu, papa tahu kamu suka sastra. Tapi, papa yakin kamu membutuhkan bisnis untuk masa depan kamu. Kamu pikirkan lagi pilihan kamu. Kamu anak papa, papa tahu, sifat kamu tidak jauh dari papa."

"Enggak, kalau Tio jadi papa. Tio nggak bakal ninggalin mama dan Tio nggak bakal menikah lagi secepat ini!" Ucap Tio lalu meninggalkan Hatma dan Nana yang masih tersentak dengan apa yang Tio ucapkan. vbghghyhgb

A half of meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang