Tiga puluh delapan

18 2 0
                                    


Waktu ujian di mulai dari dua puluh menit yang lalu. Ya, hari ini SMA Neptunus sedang melaksanakan ujian Nasional hari terakhir. Hari yang ditunggu selama tiga tahun sebagian besar nilainya akan termasuk di ujian ini. Berbagai tryout dan lain sebagainya sudah mereka lakukan. Setelah hari ini, mungkin mereka akan disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk masuk universitas.

Ketika bel berbunyi semua mengucap syukur karena ujian sudah selesai. Tiga hari lagi akan ada even yang ditunggu sebagian besar siswa. Di antaranya seorang Karina Laras Pangestu yang memang tidak sabar mengikuti even itu. Dia mati-matian latihan secara sembunyi-sembunyi di kamar lantai duanya. Dia bahkan tidak menggunakan volume sama sekali biar bundanya tidak mendengarkannya.

"Bagaimana tadi?" tanya Tio sambil mensejajarkan langkah Karin.

"Iya begitu, susah-susah tapi wajib diisi," jawab Karin sambil terkekeh.

"Ada yang nggak bisa?"

"Ya adalah, gue kan bukan orang jenius sejagat raya."

"Kalau nggak bisa jawab bagaimana?"

"Pengen tahu?"

"Insting! Tahu nggak, sih? Kalau insting itu kan bisikkan dihati kecil kita yang kemungkinan besarnya bener."

"Kalau gue enggak,"

"Terus apa?"

"Berdoa dulu, biar itungan kancing baju gue tepat sesuai jawabannya." Dan kami berdua tergelak. Selega itu setelah kami mengikuti ujian yang lumayan banget susahnya. Iya, untuk ukuran otak gue.

"Habis ini kemana?" tanya Tio lagi.

"Nggak tahu, tapi tadi bunda bilang suruh langsung pulang saja."

"Fix! Gue ikut lo!"

"Nggak ada kue di rumah gue."

"Kita bisa beli."

"Stok makanan nggak ada, bunda belum belanja."

"Bisa gofood."

"Yo,"

"Rin, pelit banget sih. Gue cuma ingin ketemu bunda."

"Gue serem kalau lo ketemu bunda."

"Takut ngelamar lo? Nggak bakal! Kecuali lo yang mau."

"Nggak lucu!"

"Abisnya, lo nggak bolehin mulu gue kesana."

"Awas ya lo, kalau ngomong macem-macem sama bunda. Bunda suka kelewatan percaya sama lo, pusing gue."

"Ya, bagus dong! Ada banyak peluang buat jadi anak mantunya."

"Ini, yang begini yang gak gue suka."

"Ayah ada enggak?"

"Gak tahu, lah!"

"Ow iya, ya. Lo kan di sini."

Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Parkiran memang terlihat lebih ramai. Tapi, karena Tio mengendarai mobil, jadi tidak perlu berdesak-desakan. Karina melenggang masuk dan terkejut menemukan sebuah tangkai warna putih di tempat duduknya. Sesaat dia terpaku, tapi Tio membuyarkan lamunannya.

"Buruan masuk!" seru Tio dari dalam.

"Yo, lo abis kencan? Mawar lo itu, ketinggalan," ujar Karin sambil memindahkan setangkai bunga mawar ke dashboard.

"Menyedihkan banget, gue."

"Kenapa?"

"Ditolak cewek yang kesekian kalinya."

A half of meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang