Jadi, ini adalah part terakhir yang saya publish di Wattpad. Terima kasih sudah mengikuti cerita Candra dan Karina sampai part ini. Ditunggu saja versi bukunya, ya!
Bagaimana akhir kisah mereka?
Salam sayang,
Rina Setyaningsih
---------------------------------
"Ayah nyuruh pulang?" tanya Tio yang menatap keterdiaman Karina
"Kayaknya gue ketahuan. Ini bahkan lebih rumit yang gue bayangin," jawab Karin dengan senyum masam.
"Lo pasti bisa lewatin ini, ada gue."
"Makasih, ya, Yo."
"Jadi, apa rencana lo setelah ini?" tanya Eza yang tiba-tiba menyadarkan Karina, bahwa lelucon ini mungkin akan diakhirinya.
"Mungkin gue bakal nurutin apa yang bokap gue minta. Semesta yang ingin, atau mungkin Candra yang berhasil bikin gue hancur gini," jawab Karin lemah.
"Ya, kita sebagai sahabat lo, hanya bisa ngedukung apapun keputusan lo. Tapi, gue masih bingung, pasti ada sesuatu yang Candra ingin lakukan buat kebahagiaan lo, 'kan? itu sih menurut gue, ya?"
"Entahlah, Za. Mungkin setelah gue ke Villa nanti bakal tanya dia, atau dia akan ngejelasin sesuatu ke gue."
"Anything what you will, do it!"
Siang ini mereka akan turun, dan akan mencari restoran untuk makan siang sebelum kembali ke villa. Saat mereka sedang memesan beberapa makanan, tiba-tiba Karin mengingat Candra. Apakah cowok itu sudah makan atau belum? Bahkan dengan keadaan dia tersakiti seperti ini dia masih memikirkannya.
"Lo mau apa?" tanya Eza sambil menyodorkan buku menu di hadapannya.
"Gue gak nafsu makan, Za. Kalian saja, ya?"
"Jangan gara-gara cowok, lo jadi bego. Sampai ngorbanin badan lo. Kalau lo sakit, lo bakal lebih menyedihkan dibanding sekarang."
"Semenyedihkan itu?"
"Ya, semenyedihkan itu? Liat muka lo yang nelangsa itu, tiba-tiba gue jadi pengen denger lagu patah hati."
"Sialan!"
"Makanya, makan!"
"Gue mau jus kiwi saja sama taliwang pedes level sepuluh."
"Gila! Mau mules-mules, lo?"
"Biar saja mules, biar lupa sama hati yang sudah berantakan."
Diam-diam menulis pesanan Tia dengan megganti level menjadi pedes biasa. Dia tidak tahu kalau abang tirinya itu bakal masuk terlalu dalam di hati gadis yang ia sayang itu. Dia mengamati Karin, senyumnya yang ceria kini tiba-tiba hilang. Ada mendung di matanya yang sepertinya siap meledak. Atau bibirnya seperti menyimpan banyak tanya yang siap ia lontarkan kepada Candra.
Karin tidak mengerti bahwa dia bakal semenyedihkan yang seperti Eza katakan. Dia tidak mau seperti ini. Apa dia terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan? Apakah harusnya dia mendengarkan penjelasan Candra terlebih dahulu? Apakah membiarkan Candra pergi adalah keputusan terbaiknya? Semua berdesak-desakkan di kepalanya, membuat kepalanya seperti mau pecah. Entah bagaimana? Ini begitu saja ada dalam kepalanya. Dia tidak ingin lagi memikirkan Candra. Tapi semakin dia ingin hilangkan Candra, semakin otaknya memutar ulang semua memori yang sudah mereka lakukan bersama.
"Apakah dia sudah makan atau dia juga merasa sedih seperti dirinya? Atau malah dia bahagia karena sudah membuatnya seperti ini? buat apa aku memikirkan lagi tentang dia. Apa aku akan menjadi bodoh lagi untuk kedua kalinya?" pikir Karin dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
A half of me
Teen FictionIni bagian dari cinta masa lalu yang datang dan pergi. Yang saat ini kembali tiba-tiba membuat banyak rencana melebur jadi sebuah harapan. Harapan yang akan di nomor duakan setelah kamu.