YUMIN

412 51 5
                                    

Seperti hari-hari Park Jimin pada umumnya, ia berangkat ke kantor pukul 10 pagi.
Biasalah pemimpin yang santai.
Bukannya males ato gimana ya, tapi wakilnya bekerja keras sekali dan entah gimana dia gamau Jimin bekerja keras.
Ketika ditanya mengapa, ia menjawab.

"Tanggung jawab kamu atas perusahaan tuh udah gede. Mending kamu ngawasin semuanya, daripada ikut sibuk kesana kemari. Serahin tugasnya ke aku, aku bisa handle. Kamu awasin dan tanggung jawab aja ok?"

Aja katanya. Lu pikir tanggung jawab atas perusahaan mainan terbesar di Korea tuh gampang.
"Iya makanya lu ngawasin aja geble."

Jimin menghela nafas setiap mengingat ucapan wakilnya itu alias Ravi.
Sebenernya sih dia tau kenapa Ravi kayak gitu.
Hobinya kerja, dia gila kerja.
Ya gitu deh, gangerti juga sih si Jimin.
Karena sebagian pekerjaannya dikerjain si Ravi, Jimin pun memanfaatkan waktunya untuk mengobservasi kota Seoul yang padat ini.
Dan yah, dia belajar lebih banyak ketimbang mengerjakan setumpuk dokumen kerja. Yang ada nyeri pantat taugak.

Rutinitas sehari-harinya adalah bangun pukul 5 pagi, lari pagi sampai pukul 6 lalu mulai berkeliling kota Seoul pukul 7 dan baru ke kantor pukul 10.

Tepat pukul 10. Tidak lebih tidak kurang dan selalu naik bis yang sama.

Tak jauh di depannya, halte bis telah terlihat dan matanya menangkap seorang perempuan yang sedang mengantri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak jauh di depannya, halte bis telah terlihat dan matanya menangkap seorang perempuan yang sedang mengantri.

"Ah si itu. Tiap hari naik bis ini juga jam segini." Komentar Jimin.

Ya, Choi Yuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ya, Choi Yuna. Dia selalu naik bis yang sama dengan Jimin, tapi karena dia nggak sering mengobservasi keadaan sekitar, dia nggak pernah sadar kalau ada satu penumpang yang selalu ada di bis itu bersamanya.

"Aku penasaran bisa ngomong sama dia atau nggak yah." Batin Jimin.

Sejujurnya, Jimin telah penasaran pada Yuju setelah sekian lama.
Kenapa penasaran? Nggak ada alesan khusus sih.
Tapi entah bagaimana Yuju memiliki daya tarik tersendiri.
Tujuannya berbeda dengan Jimin, dan Jimin selalu turun duluan. Terkadang Jimin berjalan melewati Yuju agar gadis itu menyadari kehadirannya.
Sayang sekali, Yuju lebih memperhatikan lantai daripada muka Jimin.

Stardust ✔️ •Bangchin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang