Yeoldul

1.4K 134 12
                                        

Sore itu seorang wanita terdiam didekat jendela kamarnya, memperhatikan satu persatu salju yang turun. Seorang diri, di dalam kamar seharian membuat wanita itu ingin pulang, tapi bagaimana mungkin dia datang berdua tapi pulang sendirian.

Prilly, wanita itu Prilly. Dia membelalakkan matanya saat mengingat sesuatu, dengan cepat dia membuka hp nya dan cek isi saldo di ATM nya, dia baru terpikirkan sekarang. Bagaimana bisa pulang jika isi ATM nya kosong, dia bernafas lega saat masih ada beberapa uang disana yang mungkin cukup untuk dirinya pulang dan memesan tiket pesawat.

" kayaknya harus pulang, jangan kelamaan disini karena uang setiap harinya pasti semakin menipis. Kan gak mungkin kalo harus bebanin Nadia sama suaminya terus ", Dia beranjak ke lemari pakaiannya dan Memey, melihat baju - baju yang tergantung disana.

Dia mengangguk - anggukkan kepalanya, lalu menghembuskan nafasnya kasar. Prilly mengambil koper miliknya, mulai menata pakaian - pakaiannya kedalam koper. Dia melihat baju yang dia beli bersama Yoona kala itu dengan uang milik Ali yang belum dia pakai sama sekali. " ini gimana kembaliinnya ? Berapa kali gaji aku ini :( "

Prilly melihat ponselnya yang berdering, dia melihat nomor yang tidak ia kenali dilayar ponselnya. Takut, akhirnya dia mengabaikannya dan kembali merapikan pakaian miliknya.

" maaf karena aku harus pulang Mey, disini pun aku bingung mau ngapain? Kan niat awalnya kita cuma mau liburan, bukan buat kerja. Tapi malah sebaliknya, bahkan aku belum nginjekin kaki aku di Busan pula " lirihnya dengan melihat foto idol kelahiran Busan yang dia jadikan wallpaper hp nya.

" one day, kita harus ketemu ya Jungkook. Entah itu di Korea, Indonesia atau other place " ucapnya pada ponselnya yang masih menyala itu.

***

Selepas maghrib Prilly baru mendengar deru mobil yang kemungkinan adalah mobil Reino, " tumbenan banget jam segini baru pada pulang " lirihnya pada diri sendiri dengan melipat sejadahnya lalu menyimpannya diatas tempat tidur.

Prilly keluar dari kamarnya masih dengan atasan mukenanya, dia melihat teman - temannya yang baru masuk kedalam rumah. " Prill ", sapa Nadia dengan senyuman.

" kok baru pulang ? Disana saljunya deras kah ?"

" nggak, kita udah nengok Ibu nya Ali dulu. "

" kenapa emangnya ?"

" beliau dilarikan ke rumah sakit karena mengalami demam yang tinggi ", Prilly menganggukkan kepalanya mengerti.

" tadi katanya Ali telponin kamu tapi gak kamu angkat, kenapa Prill ?", Alis Prilly naik karena pertanyaan Memey. " iya kah ?"

" ck. Tadi katanya dia telponin kamu karena Ibunya nanyain kamu terus "

Prilly diam sejenak, apa jangan - jangan nomor asing yang tadi dia abaikan ? Tapi untuk apa Ibunya menanyakannya terus ?

Belum mereka masuk kedalam kamar masing - masing, suara bel membuat mereka bertanya - tanya siapa yang datang. Nadia kembali kearah pintu rumahnya lalu membukakannya, " Ali ngapain ?"

" Prilly Mana Nad ?", Nadia menunjukkan jarinya kearah dimana Prilly berada. Ali sedikit berlari untuk menemukan Prilly, " Prill "

Hah, setelah kejadian itu baru kali ini dia bertemu dengan Ali kembali. " ikut saya "

" kemana ?"

" Hospital ", tanpa menunggu jawaban Ali dengan cepat menarik tangan Prilly yang terhalang kain itu untuk segera keluar. Ketiga orang itu bingung apa yang terjadi karena Ali terlihat begitu tergesa - gesa, kenapa dengan Ibu nya? Bukankah tadi sebelum mereka pulang Ibu nya sudah membaik.

Ali membukakan pintu mobilnya lalu meminta Prilly untuk segera masuk karena cuaca yang dingin. Lelaki itu menjalankan mobilnya dengan hati - hati karena jalan yang licin.

Sesekali Ali melirik kearah Prilly yang cemberut, bagaimana tidak? Wanita itu tidak diberi kesempatan untuk bersiap, " kamu kenapa ?"

Prilly menatap sinis pada lelaki disampingnya, " kamu pikir kenapa ?", Jawabnya judes.

" kenapa ?" Jawab lelaki itu balik bertanya.

" kamu gak liat penampilan aku gimana? Masih mukenaan, cuma pake baju tidur, sandal rumah, gak pake make up apapun kamu masih bilang kenapa ?", Ali melirik Prilly sekilas yang memang benar.

" lagian kamu ngapain ajak aku gini, emang aku siapa? Kamu siapa? Terus kamu datang seenaknya narik - narik aku, gak kasih aku kesempatan buat bertanya, atau bahkan buat siap - siap. Kan enak, ini .. duh etika kamu tuh dimana sih hah ?" , Prilly tidak peduli apakah Ali mengerti atau tidak perkataanya yang jelas sekarang dia kesal.

Ali terkekeh melihat Prilly yang terus mengomel, karena sungguh itu membuatnya terlihat menggemaskan, jika saja tidak ditahan mati - matian Ali pasti sudah mencubit pipi chubby itu. " apa liat - liat ?" Tanya Prilly galak dengan melipat kedua tangannya di perut.

***

Pintu ruangan VIP itu terbuka membuat yang ada didalamnya langsung melihat kearah pintu, Yoona mengernyit saat melihat adiknya datang tidak sendirian. " Prilly "

Mereka masuk ke ruangan itu semakin dalam, Yoona terus saja memandang kearah Prilly dengan tatapan aneh. Diikuti oleh yang lainnya yang menatap Prilly aneh juga, Prilly mengerti tatapan aneh itu pasti karena penampilannya.

" Eomma " ucap Prilly melihat kearah Ibunya Ali yang tengah terbaring di tempat tidur.

" wae ?" Tanya beliau dengan menyentuh tangan Prilly yang terhalang mukena. Prilly melirik Ali sinis, sedangkan laki - laki itu sedang menutup mulutnya yang ingin tertawa dengan satu tangannya. " Mian, because of my appearance like this, I was not given a chance to prepare by your son. "

Nyonya Kim tersenyum mendengar jawaban wanita muda disampingnya itu, " i like your appearance ", Prilly tersenyum malu - malu.

" ah ye, eomma why ?"

" i'm just tired, no problems ", Prilly mengangguk - anggukkan kepalanya.

Ali mendekati tempat Ibu nya berbaring, dia berdiri disamping Prilly. Wanita itu langsung melihat kearah sampingnya, melihat Ali dengan sedikit mendongak karena tinggi badan mereka yang jauh.

" selain, kasta, negara, bahasa, ternyata tinggi badan kita aja beda jauh " batin Prilly.

Saat melihat gelagat Ali yang akan memalingkan wajahnya, Prilly segera mengubah pandangannya kearah depan. Ali tersenyum melihat wanita mungil disampingnya itu

Yoona menghampiri mereka dengan heboh, bahkan dirinya dengan sengaja menabrak Prilly yang berakhir Prilly dalam dekapan Ali yang ada di sampingnya. Semua pasang mata tertuju pada keduanya, Yoona mengulum bibirnya menahan senyuman, Ibu Ali memandang kaget keduanya begitu pun dengan Ayah dan Ipar Ali.

Prilly segera melepaskan dirinya, gelagatnya menjadi aneh. Dia malu, " Sorry Prill " ucap Yoona dengan wajah sok polosnya.

Prilly hanya menjawabnya dengan senyuman singkat yang di paksakan, dia terus menelan ludahnya sendiri. Hatinya porak poranda, terus saja dia menggigit bibir bawahnya. Ali yang melihat kediaman Prilly membuat dia merasa bersalah karena seenaknya menyentuh Prilly, tapi sungguh itu bukan salahnya kan.

" mianhae Prill " ucap Ali akhirnya ikut meminta maaf atas kelancangannya. Tanpa menoleh, Prilly hanya menganggukkan kepalanya.

" mmm .. eomma "

" ye ?"

" I want permission to return to Indonesia the day after tomorrow. ", semua mata tertuju pada Prilly, kenapa secepat itu akan kembali ke tanah air?

" wae ?"

_______________________________________

BOY WITH LUV [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang