Lalisa-22

974 79 8
                                    

"Pabo!!! Aku tak mengerti jalan pikiranmu Oppa!" Rose menghentak-hentakkan kakinya kelantai dengan perasaan kesal.

Jimin menatap Rose jengah. Bukannya membantu, Rose malah memarahinya sedaritadi.

"Rosieee, aku tau aku salah. Aku benar-benar ingin meminta maaf pada Lisa..." sesal Jimin

Rose menatap Jimin, lalu bersidekap "Jika Oppa tau ini akan membuat hubungan kalian hancur, kenapa Oppa melakukannya pada sahabatku? Sebelum kau melakukan itu, apa kau tidak berpikir terlebih dahulu? Bahkan, sampai kau berani-beraninya menginap dan menghilang dari Lisa selama sebulan? Oppa, otakmu terbuat dari apa sih?!" 

Jimin mengusap wajahnya kasar. Rose benar. Harusnya dari awal kedatangan Seulgi ia tak pernah menggubrisnya. Dan sekarang malah apa yang terjadi? Hubungannya hancur seketika. Lisa-nya kini sudah pergi.

Dua minggu keberadaan Lisa tidak bisa dilacak. Jimin mencari-cari kesudut kota pun Lisa tak ditemukan. Ponselnya mati, mungkin Lisa sudah berganti nomer. Jimin menanyakan keberadaan Lisa pada kembarannya pun tidak digubris sama sekali. Pada dasarnya Jungkookie sudah mencap Jimin sebagai pria brengsek yang menyakiti kembarannya. Ya, jika Jimin diposisi Jungkookie, Jimin mungkin akan melakukan hal yang sama. Jimin juga sempat bertanya pada Jennie, Irene bahkan Hoseok. Hasilnya juga nihil. Kalau Hoseok, bertatap muka dengan Jimin pun rasanya dia enggan. Satu-satunya cara ya hanya menunggu keajaiban datang.

Suara pintu kamar Rose terbuka. Terdapat seorang gadis bermata kucing dengan muka bantalnya berjalan pelan kearah Rose.

"Rosieee..... Lisa sudah pulang, apa kau mau ikut kerumah Kook-----" matanya melebar melihat Jimin yang sudah tepat berada didepannya.

"Huh? Jimin Oppa?" Cicit Jennie.

Jennie melihat kearah Rose. Rose sudah mengendikkan bahunya, yang artinya ia tak ikut-ikut.

"Kalian berdua sebenarnya tau keberadaan Lisa, tapi tidak memberitahuku??? Wae???" Ucap Jimin datar.

Jennie yang awalnya merasa takut, kini berani menatap Oppa-nya.

"Karna kau tidak berhak bertemu dengan Lisa lagi Oppa!" Ucap Jennie dingin.

Jimin tersenyum tipis, "Kenapa? Karna aku menyakitinya? Jenn, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku ingin bertemu Lisa. Kau bahkan tau selama dua minggu ini aku seperti orang gila mencari sosok Lisa dimana pun! Sedangkan kalian? Kalian merahasiakan semuanya!"

"Untuk apa kau tau? Tidak cukupkah kau menyakiti sahabatku sedemikiannya Oppa? Tidak ada yang perlu kau perbaiki! Sekalipun kau datang, Lisa tidak akan pernah mau bertemu denganmu!" Ucap Jennie menahan emosinya.

"Kenapa kau tak urus saja Jalangmu itu?? Bukankah selama ini kau bersenang-senang dengannya? Kenapa sekarang malah mencari Lisa? Sudah terlambat Oppa! Hati Lisa sudah mati untukmu." Ucap Jennie.

Rose yang mendengar perdebatan Eonnie dan Oppa-nya hanya bisa menahan tangisnya. Disatu sisi ia menyetujui apa yang diucapkan Jennie, tapi disisi lain ia kasihan dengan Jimin. Rose tau bagaimana menyesalnya Jimin telah menyakiti Lisa. Karna selama ini rose yang menemani Jimin mencari Lisa kemanapun. Dari tatapan mata Jimin pun, Rose tau bahwa Oppa-nya itu sangat mencintai sahabatnya. Hanya saja bagi Rose, Jimin memang terlalu bodoh untuk masuk kelubang neraka Jalang itu.

"Unnie, sudah... Lebih baik kita bersiap-siap untuk menemui Lisa" Rose akhirnya menengahi perdebatan antara Jimin dan jennie.

Jennie menatap jimin dengan tatapan penuh kecewa. Jujur, jennie tidak membenci kakaknya itu. Hanya ia kecewa dengan Jimin. Sangat malah.

Lalisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang