Lalisa-25

901 86 17
                                    

"Please... Kali ini saja Lisa, bertemu dengannya. Bicarakan apa yang seharusnya kalian tuntaskan permasalahannya ini" 

Lisa menghembuskan nafasnya kasar.

"Apalagi Rose? Tidak ada yang perlu aku bicarakan pada pria itu. Sungguh, bertemu dengannya membuatku mengingat apa yang terjadi pada saat itu. Rasanya aku ingin mencabik-cabik wanita ular itu. Ingin menjambak dan menguliti dia hidup-hidup" 

Rose terkekeh pelan, "Aahh... Lisa-ya lucu sekali jika sedang cemburu beginiii" Rose menguyel-uyel pipi Lisa. Yang punya pipi menatap malas sahabatnya itu.

"Haishh!!! Sungguh, kau dibayar berapa oleh Jimin Brengsek Lee itu??? Aku tidak mau."

"Lisa-ya ..  Aku hanya ingin kalian membicarakannya dengan kepala yang dingin, bukankah kau sendiri yang mengatakan padaku jika kita harus membicarakan masalah dengan perasaan yang tenang dan kepala dingin?"

Lisa menundukkan kepalanya, lalu berjalan mendekati sofa dan mendudukkan bokongnya disofa empuk itu.

Rose mengikutinya, lalu memegang pelan lengan Lisa, "Lisa... Ku mohon, kali ini saja. Bertemulah dengan Jimin Oppa, aku tau kau sangat merindukannya.. "

Lisa menatap sahabatnya itu, ia bingung haruskah bertemu dengan Jimin atau tidak? 


**************

Lisa memasuki Cafe yang sudah Rose kirim alamatnya. Ya, setelah menimbang-nimbang keputusan dengan ragu Lisa mengiyakan permintaan Rose. Tidak salah bukan jika ia bertemu dengan Jimin?

 Tidak salah bukan jika ia bertemu dengan Jimin?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya menatap keseluruh penjuru Cafe, mencari keberadaan sosok Jimin yang akan ia temui

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matanya menatap keseluruh penjuru Cafe, mencari keberadaan sosok Jimin yang akan ia temui. Setelah berjalan dengan lamban sambil mencari keberadaan Jimin, Lisa menatap sosok pria bertubuh mungil didepannya yang sedang melihat kearah jam tangannya. Rindunya membuncah dengan hebat, tak terasa air matanya jatuh tanpa ia sadari. 

Rindu. Rindu sekali.

Jiminnya semakin tampan, walaupun sedikit kurus dan tampilannya kacau. Mata pandanya terlihat jelas, matanya terlihat sangat sayu. Lisa berusaha menetralkan degup jantungnya dan menghapus air matanya dengan hati-hati. Lalu ia berjalan menemui Jimin dengan lamban. Kakinya gemetar, jantungnya berdegup dua kali lipat lebih cepat. Kakinya semakin melangkah dekat meja Jimin. Dan satu langkah lagi, ia sudah berada didepan Jimin.

Lalisa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang