Lelaki itu!

15.7K 106 11
                                    

Jadwal UAS akan berlangsung 1 minggu lagi. Segalanya terasa semakin rumit ketika juga harus disibukkan dengan agenda persiapan KKN yang akan dimulai 3 minggu lagi.

Bulan Agustus minggu ke k-3, aku dan Ale sudah wira-wiri mampir di kantor Fakultas, mengantisipasi agar kami tidak mendapatkan tempat KKN yang jauh dari tempat kami tinggal. Maksimal Dago atau Lembang. Malas juga kan kalau kejauhan, nanti jauh dari mall. Mau jadi apa hidup kami tanpa mall??

Masih pukul 7 pagi, aku dan Ale sudah duduk manis di depan kantor fakultas sambil membawa berkas lengkap untuk berjuang mendapatkan penempatan KKN di area terdekat.

Setelah menunggu selama kurang lebih 30 menit, tibalah giliranku untuk interview. Ternyata tidak lama, dan untungnya, aku berhasil mendapatkan penempatan di daerah Dago Atas. Lumayan lah, hanya sekitar 30 menit dari rumah, tidak sampai 3 jam seperti jika harus di tempat kan di daerah Subang.

Tepat setelah aku keluar ruangan, Ale pun mendapat gilirannya untuk interview. Sembari menunggu Ale interview, aku memilih duduk di kursi kosong, nyempil diantara anak-anak dari jurusan lain yang juga menunggu giliran.

Tidak lama setelah duduk, sialnya, perutku tiba-tiba saja terasa sakit. Entah karena PMS atau memang ingin buang air. Untuk mengantisispasi kemungkinan kentut di depan umum, aku segera beranjak menuju toilet, setelah terlebih dahulu mengambil berkas yang semula ku simpan pada kursi kosong di sebelahku.

Beberapa langkah berjalan, tiba-tiba, "Sierra!" Terdengar seseorang memanggil namaku, tapi aku tidak menoleh. Pertama, aku tidak mengenali suaranya, dan yang ke dua, bisa jadi bukan aku Sierra yang dia maksud, karena hampir semua manusia yang mengenalku di kampus ini, akan memanggilku Nabila. Jadi ku kuputuskan untuk melanjutkan lagi langkahku tanpa ragu. Hingga terdengar lagi teriakan, "Sierra Salwanabilla, tunggu!" di iringi suara langkah kaki yang terdengar semakin dekat dari seseorang yang tengah mengejarku.

Aku terpaksa berbalik dan memastikan siapa orang yang telah begitu songong memanggil dengan nama lengkapku.

"Apa? Mau ngajak kenalan?" Tanyaku ketus.

"PD banget! Lo ngambil berkas gue!" Jawabnya cuek. Deg. Aku buru-buru mengecek berkas yang ku pegang. Dan ternyata, disana tertulis nama, "Alfaro Zaidan Raditya." O oww, Ok fix, sekarang aku benar-benar malu. Ternyata selain songong, aku pun ceroboh, dan kepedean. Sungguh perpaduan yang sempurna untuk mendowngrade diriku dalam waktu kurang dari 1 menit. Bagus Nabila, tingkatkan!

Tanpa perlu lama untuk berbasa-basi, kami pun langsung bertukar berkas. Aku menatap wajahnya lama, sepertinya aku kenal, "tunggu deh, kayanya aku pernah liat kamu. Anak management keuangan kan?" Tanyaku saat tiba-tiba teringat dengan foto yang pernah di tunjukan Ale. Lelaki berhidung mancung di foto itu.

"Yup, kita sekelas di beberapa mata kuliah," jawabnya dingin.

Tidak salah lagi, "Wahyu ya?"

Lelaki itu mendelik, "lo ngga ada gangguan kecerdasan kan? Belum sampe 1 menit loh lo melafalkan nama gue, Alfaro Zaidan Raditya," ujarnya santai, lalu kemudian pergi setelah puas melecehkanku.

Astagaaaaa!! Ada ya cowok kaya gitu. Bener-bener sukses bikin mood anjlok seketika. Good Job!

***

September minggu pertama, Andre akhirnya wisuda. Tentunya, ada aku yang hadir sebagai pendamping wisuda, sekaligus menjadi pelengkap kebahagiaannya setelah berhasil melewati masa kuliah S1 yang harus ia lewati selama lebih dari 5 tahun itu.

Di hari itu pula akhirnya aku bertemu dengan orang tua Andre untuk yang pertama kalinya. Sepasang pria dan wanita baik hati, yang pernah ku bayangkan akan menjadi mertua ku kelak, namun bayangan itu tentu saja sirna pada hari dimana aku akhirnya tau kalau Andre telah tidur entah dengan pelacur mana.

Commuter LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang