Masuk ke Hidupku

12.8K 99 2
                                        

"Sierra, celanamu berdarah," terdengar suara seseorang dengan nada datar dan dingin saat aku tengah berjalan di lorong kampus menuju kelasku yang berada di pojok lantai 3, gedung FPEB.

Aku tau persis, suara itu berasal dari lelaki menyebalkan tempo hari. Ku ramal aku akan sial lagi hari ini, shit! Aku mengumpat dalam hati, sementara tangan kiri ku seketika sibuk mengecek kelembapan celana di area pantat.

Dan. Shit! Pantatku basah.

Kuraba sedikit lagi, lebih ke tengah, dan anjir, beneran tembus donk!! Aku harus gimanaaa???

Aku merasakan punggungku seketika mengalirkan keringat dingin. Aku malu, sekaligus bingung! Bagaimana caranya menyembunyikan noda darah menstruasi yang merembes di celana putih yang tengah ku kenakan? Astaga!

Aku bahkan tidak berani berbalik dan melihat mimik wajah si lelaki menyebalkan yang telah memergoki aku dalam keadaan sehina ini.

Tidak tau harus bagimana. Aku hanya diam saat mendengar suara ketukan langkah kaki, yang seperti tengah berjalan mendekatiku.

Tanpa berkata, ia hanya berdiri berdiri depanku.

Tanpa menatapnya, aku tau ia tengah memandangku yang masih sibuk mengatur nafas. Sumpah, aku pasti terlihat bodoh banget! Aku harus gimana coba? Darah mensku tembus! Bagian bokongku pasti mirip bendera Jepang sekarang.

Lelaki itu lalu membuka jaket dan, "nih!" Dia menawarkan jaketnya padaku, tapi aku masih diam saja. Perasaanku terlanjur kacau, dahiku mulai berkeringat. Seketika gedung kampus ber AC ini, mendadak memanas seperti kitchen restaurant di neraka!

Lelaki itu mendekat, melingkarkan jaketnya di pinggang ku, dan mengikatkan bagian tangan jaketnya di pusarku, "pake jaketku, sebelum orang lain mengira kamu bangga kena wasir!"

Aku menarik nafas dan mengeluarkannya dengan cepat. Kata-katanya ngeselin abis! Tapi keberadaan jaketnya di pantatku sungguh sangat menyelamatkan aku dari rasa malu, jadi mau tidak mau terpaksa aku mengucapkan, "makasih ya Apar."

"Namaku Alfaro! Bukan Alat Pemadam Api Ringan!" Lelaki itu pun pergi tanpa permisi. So weird, but thank you!

***

Memasuki minggu KKN, semuanya berjalan lancar. Erga beberapa kali meluangkan waktu untuk menjengukku di tempat KKN sambil membawakan berbagai makanan sesuai dengan permintaan ku. Kurang baik apa coba?

Teman-teman baruku yang adalah kumpulan mahasiswa dari berbagai jurusan di UPI pun tak kalah baik. Kami bersinergi untuk mewujudkan semua visi dan misi KKN sesuai tema kelompok kami.

Sementara Andre, kini ia sudah bekerja di Jakarta. Sesekali, ia masih menyempatkan diri ke Bandung, seolah masih mengemban tugas dari Tuhan untuk memastikan aku baik-baik saja. Padahal, aku sendiri sudah muak melihat wajahnya.

Bisa tidak sih, kalau langsung ku buang saja dia dari hidupku!! Tapi aku belum siap mendengarkan ocehan Mama. Dia pasti menyalahkan aku lagi jika hubungan kami akhirnya kandas. Malas. Terpaksa ku putuskan untuk bertahan, sedikit lagi.

Hari Minggu pukul 10 pagi, kami baru selesai melaksanakan senam pagi bersama warga Desa Mekarwangi. Acara ini adalah salah satu bagian dari rangkaian kegiatan kami dalam meningkatkan kesehatan warga desa. Kabar baiknya, warga desa ini terlihat cukup senang dengan program-progam yang kami rancang. Melihat begitu besarnya antusias warga, semangat kami untuk berkontribusi lebih banyak lagi pun terpompa.

Sebelum teman-teman kelompok kami pulang, aku dan Reina sudah terlebih dahulu mencuti start untuk kembali ke rumah sewaan kami. Menantisipasi agar tidak harus berebut kamar mandi dengan 8 anggota KKN lain.

Commuter LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang