Bipbip...
A Teguh: Apa kabar Nabila?
Mungkin ini yang di namakan usaha move on runtuh seketika hanya karena kata "apa kabar?" jika saja pacarku saat ini bukan Alfaro.
A Teguh adalah kakak tingkat 2 tahun di atas ku, satu jurusan, dan 1 tahun lebih tua dari A Erga yang 2 bulan lalu sempat jadi pacarku dan lalu ku sakiti.
Dulunya, A Teguh ini pernah berhasil membuat seorang Sierra Salwanabilla menjadi cewek paling bucin Se-Kecamatan Sukajadi!!! Bagaimana tidak, aku rela loh nunggu berjam-jam di Lorong Fakultas sampai kelas dia bubar cuma biar bisa ngintip-ngintipin punggung dia dari jauh, dan merasa sangat bahagia walau sekedar melihat sebutir es batu dari gelas minuman yang ia jatuhkan kejalanan. Rasanya ingin ku pungut dan ku bawa pulang untuk kenang-kenangan.
Kalau dipikir-pikir, aku jadi mirip makhluk halus yang ada di mana-mana namun tak terlihat olehnya.
Lagipula, aku juga nggak peduli dia melihatku atau tidak. Hanya dengan menjadi bucin saja aku sudah senang, sekaligus membuat aku berhasil menemukan fakta baru bahwa mencintai memang lebih indah dari dicintai.
Dicintai memang menyenangkan, lebih tepatnya bangga karena berhasil membuat orang lain menyukai kita. Tapi melebihi itu, sensasi mencintai rupanya jauh lebih dahsyat!!! Saat kamu mencintai seseorang, kebahagiaan itu milikmu! Saat bisa melihat orang yang kamu cintai masih ada di bumi, kebahagiaan juga milikmu! Bahkan jika dalam sehari hanya bisa melihat sepatu orang yang kamu cintai nongkrong di rak musola saja kamu akan sangat senang. Kamu bisa berteriak histeris atau bahkan melompat-lompat gemas karena tidak bisa menahan gelombang kegembiraan yang kamu rasakan saat mencintai seseorang. Hal yang tidak dapat kamu rasakan jika hanya sekedar dicintai. Ok cukup!
Dulu aku dan dia hampir "dekat", tapi entah kenapa ia tiba-tiba menjauh, menghilang. Beberapa bulan kemudian terdengar kabar kalau a Teguh ternyata pacaran dengan perempuan yang ia kenal di tempat magang. Ok, baik. Aku tidak marah, tidak kecewa, tidak berhenti juga menjadi bucin. Hingga lama-lama, rasa itu kemudian terlupakan seiring dengan datangnya manusia-manusia baru dari berbagai arah mata angin.
Namun, ketika akhirnya ternyata dia muncul lagi hari ini, sedikit banyak perasaan yang terkubur itu tersingkap kepermukaan. Indahnya rasa mencintai yang ku agung-agungkan itu seolah bisa kurasakan lagi hari ini. Tapi semuanya kalah ketika sudah merasakan nikmatnya hari-hari bersama Alfaro, dengan tubuhku yang selalu bereaksi hanya dengan memikirkannya.
Me: lg apa yonk?
The one and only: lg ngegame aja di kosn
Me: aq kangen. Ga mau ngajak main?
The one and only: sini ke kosn
Me: ok aku ksna
Inhale... exhale... semenjak kejadian itu, Al memang berubah. Dia tidak lagi semanis saat masih berusaha membujuku untuk putus dengan Andre dan memintaku agar memberinya kesempatan. Tidak semanis hari-hari pertama setelah berhasil menjebol keperawananku. Tidak semanis kecupan lembut bibirnya yang membuat aku ketagihan dan meminta lebih.
Kadang aku lelah merasa tidak dicintai, tapi masalahnya aku masih mau!! Terpaksa ku turunkan sedikit egoku, asal aku masih tetap bisa ketemu Al, memaklumi semuanya, dan meyakinkan diri sendiri bahwa hubungan ini baik-baik saja.
Sering kali, rasa sakitnya diabaikan tidak dapat ku tepis, tapi balik lagi, semua ini memang berawal dari kesalahan ku. Terima saja, anggap saja ini hukuman, sebelum nanti segalanya akan kembali normal. Aamiin.
Kamar kost Alfar hari ini terlihat lebih berantakan dari biasanya. Sudah hampir pukul 1, dia bahkan belum mandi dan belum mengganti pakaian yang dari kemarin ia kenakan. Dan yang paling membuatku kaget adalah, ada asbak dengan beberapa puntung rokok bekas hisap.
"Kamu ngeroko yank?" Alfar hanya melirik ke arah asbak, tapi tidak menjawab pertanyaanku.
"Dari kapan kamu ngeroko? Kamu kan tau, aku nggak suka cowo peroko!"
"Apa sih Ra, dari dulu juga aku ngeroko, kamunya aja yang nggak tau!"
"Oh, ok!" Alfar bahkan tidak memberi alasan untuk 'sedikitnya' membuatku lebih tenang sebagai kompensasi telah melakukan sesuatu yang ku anggap salah. Yang terjadi, Al justru membuat kau berpikir seolah adalah sosok perempuan bawel, tukang ngatur, yang bahkan nggak tau apa-apa tentang pacarnya sendiri!
Aku diam selama beberapa saat, apa yang harus aku komentari jika pelakunya saja sudah merasa tidak bersalah.
"Apa sih Ra, gitu doank ngambek!" Al mendelik kesal ke arahku. Gitu doank kamu bilang? Apa setidak penting itu perasaan ku buat kamu?
"Waktu dulu kamu keciduk lagi jalan sama mantan aja aku biasa aja!"Al mulai merendahkan nada bicaranya.
"Maafin aku Al!" Aku akhirnya bicara.
"Padahal aku cuma mau kamu jujur Ra!" Dia akhirnya berkomentar tentang kejadian yang belum sempat kami bahas.
"Iya, aku salah Al. Maafin." Aku memeluk Al dari belakang, lalu menempelkan pipiku di punggung hangat Alfaro.
"Sini pindah ke pangkuanku,—" perintah Al, dan entah mulai kapan bibirku telah berada dalam lumayan bibirnya, "aku mau hukum kamu!" Setelah itu semuanya akan berakhir pada gerakan-gerakan erotis di tempat tidur.
Setelah pertemuan itu, semuanya kembali seperti biasa. Maksudku, Al yang kembali cuek dan aku yang kembali kesepian. Al tidak pernah memberi kabar jika bukan aku yang tanya. Saat aku coba memastikan apakah dia masih mencintaiku, dia hanya menjawab, "apa sih Ra? Ribet amat!"
So girls, sekalipun kamu telah memberikan kesucianmu pada kekasih yang paling kamu cintai, sama sekali bukan jaminan bahwa dia akan mencintaimu lebih, tetap bertahan pada perasaan yang sama pun masih belum tentu. It's true!
***
Aku baru saja menutup laptop setelah menemui jalan buntu tentang nasib skripsiku selanjutnya. Di kelasku, sudah lebih dari 7 orang yang berhasil maju ke tahap seminar Proposal dan kini tengah menggarap tahap selanjutnya. Rasanya ingin ngebut dan ku susul mereka semua, sayangnya kini aku sedang dikutuk menjadi móvil yang kehabisan bensin.
Aku butuh penyemangat untuk hidupku yang sedang tidak menyenangkan ini. Seperti hilang arah. Aku kehilangan diriku.
Lama aku melamun, memikirkan apa-apa yang harus aku lakukan selanjutnya. Hingga sebuah ingatan tentang pesan singkat dari A Teguh minggu lalu mendadak menclok dikepala ku. Ternyata belum ku balas. Astaga.
Me: kabar baik. A teguh apa kabar? Dimana sekarang?
A Teguh: Aa SMS udh sminggu yg lalu, kirain ga akan di bls, hehe.. Alhamdulillah baik, skrg aa di Bandung. Lanjut S2 dan freelance di Perusahaan Konsultan Keuangan punya Pak Ade Rohmat, bagian pemasaran. Nabila gmn skripsinya?
Me: Buruk a! Seminar aja blm. Bantuin donk, hehe
A Teguh: Boleh, Sabtu ini aa ke rmh km ya, sekalian PDKT ke orang tua kamu neng. Boleh kan?
Me: iya, boleh a. Makasih ya :)
Dan di fase ini lah aku sekarang. Aku lelah, selelah-lelahnya dengan hubunganku dan Alfaro.
Al mungkin benar, cuek adalah dia yang sebenarnyaa. Persis seperti yang Selvi dan beberapa mantannya pernah bilang ke aku. Hanya saja aku yang terlalu percaya diri dan menganggap diriku spesial, hingga berpikir Al akan memperlakukan aku berbeda!
Mungkin sekarang Al memilih untuk menjadi dirinya sendiri. Kamuflase tingkah manisnya memang sudah tidak diperlukan lagi setelah berhasil mencicipi semua rasa pada tubuh telanjangku.
Aku berpikir lama. Tentang Al yang cuek dan aku yang haus perhatian. Kita mungkin memang tidak dapat disatukan. Dan semakin lama kupikirkan, semuanya kemudian berujung pada sebuah kesimpulan, lebih baik aku pergi, sebelum Al yang meninggalkan aku lebih dulu!
Tentu semua ini tak akan sulit, terlebih kini ada Teguh, sang cinta lama yang kembali muncul. Mungkinkah dia memang jawaban yang di kirim Tuhan atas kebimbanganku beberapa hari terakhir ini?
Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata!

KAMU SEDANG MEMBACA
Commuter Line
RomanceTerlahir cantik dengan deretan mantan di usia yang belum genap 22 tahun, bukan jaminan seseorang merasa bahagia. Sierra Salwa Nabila, justru menghadapi kehidupan yang rumit saat ia akhirnya jatuh cinta pada seorang pria cuek bernama Alfaro yang tanp...