Tempat Pulang

1.7K 48 12
                                    

Hari Jum't pukul 10.45. Lorong Jurusan tampak sepi. Antrian untuk bimbingan dengan Prof Iwan pun tidak banyak . Waktu-waktu seperti ini memang tidak banyak difavoritkan mahasiswa untuk bimbingan, selain karena menjelang waktu Jum'tan, kebanyakan dosen pun akan lebih terburu-buru dalam memeriksa dan memberikan masukan untuk Skripsi mahasiswa mereka.

Tapi berbeda dengan kebanyakan orang, saat-saat seperti ini justru menjadi waktu favoritku untuk bimbingan. Alhasil, tidak sampai 5 menit questioner untuk bahan penelitianku langsung di ACC. Alhamdulillah.

Aku duduk di deretan kursi besi di depan jurusan, menunggu Alesha yang sedang menyerahkan syarat pendataran seminar proposal. Akhirnya, Ale ACC seminar proposal minggu depan. Mudah-mudahan semuanya berjalan lancar. Aamiin.

Bip.. Bip.. ku periksa hp yang sejak tadi ku abaikan.

08159595500 : Pagi Ra, lagi apa?

08159595500 : Hari ini pulang kerja jam berapa? Jangan lupa makan ya

08159595500 : Halo Ra, ko ga d bls sih?

08159595500 : Ra, aku jum'tn dulu. Km jgn lupa makan ya sayang

Langsung ku hapus semua sms yang tiba-tiba muncul. Mau ngapain lagi setelah berhati-hari menghilang? Kontaknya bahkan sudah ku hapus seminggu yang lalu. Tepat pada hari terakhir kali kami bertengkar. Seharusnya memang sudah sejak dulu aku membuang Al jauh-jauh dari hidupku. Aku saja yang keras kepala.

Ku lanjutkan untuk membuka beberapa pesan di BBM yang belum sempat ku lihat.

Yoga: La, ntar malem mau ke stasiun nggak? Liat jablay.

Aku terkekeh membacanya. Iya sih, aku memang pernah bilang, "Ga aku belum pernah loh liat jablay mangkal, pengen deh," tapi aku tidak mengira kalau Yoga akan menganggap itu adalah sebuah wish list yang harus segera diwujudkan.

Me: Beneran? Jam berapa? Aku pake baju apa?"

Yoga: Iya beneran. Jam 8 juga mereka udah pada muncul. Pake kebaya merah ya La.

Me: Hah? Kenapa? Gue nggak ada kebaya merah.

Yoga: KAMU GILA? Ya terserah kamu aja mau pake baju apa. Kan kita cuma lewat dan duduk diem di dalem mobil. Bukan mau nganterin kamu mangkal

Me: Hahaha... Yodah. Jum'tan dulu sana!

Yoga: Ok

Hmmm Yoga. Manusia ini memang ajaib. Bisa tau-taunya jam mangkal jablay. Tau dari mana coba?

Alesha : Bil, abis bimbingan km lgsg plg aja, gosah nungguin aku. Aq di jemput Wahyu. Hehe.

Me : Ogitu. Ok deh. Sukses ya Le. Tiati.

Pantesan dari tadi aku tidak melihat Alesha di dalam. Sia-sia deh aku nungguin dia dari tadi. Untungnya aku berinisiatif untuk mengecek hp, jadi aku tau kalau Ale sudah di jemput.

Memang manis ya pasangan muda-mudi yang baru jadian. Dulu Al juga gitu. Jemput aku di depan kelas, nemenin ke perpus, makan sepiring berdua, ngajak nongkrong di tempat makanan paling enak di dunia, sun tangan kalau abis turun dari motornya. Hmmm, mengingatnya membuat atmosfer kesedihan kembali menyelimutiku. Ulu hatiku jadi sedikit sakit. Mataku terasa menghangat dan berat. Aku kangen Al.

Aku menyusuri jalanan kampus yang teduh. Memandangi pohon-pohon beringin tua sebesar rumah yang menjulang tinggi dengan berbagai kisah misteri yang bergulir dari mulut ke mulut. Tapi buatku, setiap jengkal jalan ini adalah kenangan. Tempat dimana aku dan Al sering bercanda, bertengkar, sambil sesekali bergandengan tangan kalau jalanan sedang sepi. Ahh, sudahlah Nabila. Lupakan!

Commuter LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang