Tahun 2010 sudah memasuki awal bulan Agustus. Bak di pantai, aku masih santai dengan belum menyentuh lagi skripsiku yang kandas itu, berbanding terbalik dengan Andre yang justru semakin sibuk menggarap skripsinya karena ancaman DO sudah di depan mata.
Mau tidak mau, dia harus bisa mengejar untuk sidang semester ini. Tentu DO adalah sebuah momok yang menakutkan bagi setiap spesies mahasiswa. Termasuk mahasiswa perantauan macam Andre yang seluruh biaya hidupnya masih di tanggung oleh kedua orang tuanya di Pontianak, termasuk biaya pacaran kami.
Sebagai pacar yang baik, tak jarang aku mau repot-repot menemaninya mencari data dan ikut bolak balik kampusnya hanya untuk memastikan semua keperluan sidangnya berjalan lancar.
Hingga akhirnya, hari yang di tunggu pun tiba. Pada pertengahan bulan Agustus, Andre akhirnya berhasil melaksanakan sidang skripsi. Dimana aku lagi-lagi hadir menjadi saksi betapa bahagianya ia hari itu. Aku ada, pada detik penting saat Andre keluar dari ruang yudisium dan resmi bergelar Sarjana Teknik.
Selamat Andre, akhirnya kamu lulus. Selamat juga untuk Nabila, karena telah berhasil lagi melalui hari-hari aneh entah untuk yang keberapa kalinya. Berpura-pura baik-baik saja, ketika sayatan itu masih terasa begitu perih setiap kali melihat Andre.
3 hari kemudian, aku berangkat ke Bali untuk melaksanakan praktikum terakhir semester 6, diantar Andre yang seolah mendapat mandat dari Tuhan untuk memastikan aku duduk nyaman di bus yang sudah disiapkan kampus.
Nantinya kami akan mengkaji potensi pemasaran pada sektor pariwisata di Bali, walau kutebak, kami pasti akan lebih sibuk foto selfie dan shopping ketimbang melakukan penelitian. Haram hukumnya melewatkan momen di praktikum terakhir, karena lain kali tidak akan bisa lagi.
Jam yang melingkar di tangan Alesha menunjukan pukul 7:57, artinya tidak lama lagi bus yang kami naiki akan segera berangkat. Sesekali aku memandangi Alesha yang masih sibuk memilah beberapa barang untuk dimasukan ke bagasi di atas kursi, lalu kembali melihat handphone, tanpa banyak membantu.
"Nggak sempit kan ya?" Tanya Ale. Aku menggeleng sambil pura-pura memastikan bahwa tempat duduk kami sudah nyaman. Dibawah kursi hanya tersisa 2 kantong plastik berukuran sedang berisi makanan, sementara sisanya sudah ia rapikan.
Ale emang agak OCD. Dia paling nggak bisa membiarkan sesuatu tidak berada pada tempatnya. Pokoknya, segalanya harus rapih. Anehnya, dia betah loh berteman sama aku yang terbiasa hidup berantakan. Selain mencintai kerapihan dan kebersihan, Ale juga baik hati dan dapat diandalkan. Biasanya, kalau aku sedang malas kuliah, aku sering titip absen ke Ale, dan ia tidak pernah keberatan. Ajaib.
Sayangnya, walau sudah berteman dari semester 1, bukan berarti aku tau segalanya tentang Ale. Aku bahkan tidak tau alasan kenapa sampai saat ini dia masih betah sendiri, setelah putus dari Aldo 2 tahun yang lalu. Padahal dengan muka Arab cantiknya, nggak akan susah buat Ale cari pacar. Perpaduan hidung mancung dengan rambut ikal agak pirang sebahu, cowok mana sih yang nggak mau sama Ale?
Pukul 8 lewat 5 menit, bus yang kami naiki mulai bergerak meninggalkan parkiran, menuju gerbang keluar UPI di jalan Setiabudi. Lalu bergerak ke arah tol dan , "Baliiiiii, we are coming!!!" aku dan Ale tersenyum senang.
Bis beberapa kali bergoncang saat berbelok, sementara Aku dan Ale masih mencari posisi nyaman agar pinggang tidak cepat pegal dan jidat tak terbentur kaca saat bersandar.
Tak lama setelah memasuki gerbang Tol Pasteur, Ale menunjukan foto seorang pria di hp nya, "namanya Wahyu, anak management keuangan. Tau ga?"
Aku menggeleng, "ganteng Le, mancung!"
Mata Ale seketika membesar dengn mulut mengaga mirip Barongsai sedang atraksi, seolah kaget mendengar aku yang tidak tau siapa anak lelaki yang fotonya ia tunjukan padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Commuter Line
Roman d'amourTerlahir cantik dengan deretan mantan di usia yang belum genap 22 tahun, bukan jaminan seseorang merasa bahagia. Sierra Salwa Nabila, justru menghadapi kehidupan yang rumit saat ia akhirnya jatuh cinta pada seorang pria cuek bernama Alfaro yang tanp...