Sebagai Hadiah

10.4K 84 0
                                    

Dunia berubah begitu cepat bersama hati yang turut melesat bagai anak panah, tak dapat ku tahan. Waktu benar-benar sudah berhasil merubah aku, merubah Al, dan perasaan kami.

Drrttt... Drttt...

Ada panggilan telepon masuk saat aku tengah mengunyah Cilok terakhir yang ku beli di sebrang gerbang bawah kampus UPI, tepatnya persis di depan tukang fotocopy. 

Buatku, ini cilok paling enak di dunia. Bumbu kacangnya kental dan di dalamnya ada tetelan yang enak banget kalau dimakan selagi hangat. Tapi, walau sudah tidak hangat pun, rasanya masih tetap enak, bumbunya malah makin meresap dan nikmat. Juara!

"Kamu kemana aja sih Bil? Susah banget di hubungin. Aku sekarang lagi di Bandung, kamu jangan kemana-mana, aku jemput! Oh iya, ingetin aku, minggu depan kita beli HP baru buat kamu, biar kita bisa video call!" terdengar suara Andre mencak-mencak di ujung telepon, yang kemudian ia matikan tanpa sempat ku jawab. Bodo amat! Sambil masih ngenyotin bumbu kacang sisa cilok tadi.

Sejujurnya, Andre sudah terbang terlalu jauh dari hatiku, keluar dari Galaksi dan tidak pernah ingin ku temukan lagi. Plis Ndre, ngilang gih! Karena aku sudah terlalu nyaman menjalani setiap detik hidup bersama Al.

Aku suka setiap kali makan sepiring berdua dengan Al, atau jalan-jalan naik motor keliling Bandung hanya untuk sekedar jajan makanan pinggir jalan yang enak-enak, dari mulai jajan Cilok di jalan Gerlong deket kampus, susu murni daerah Dipati Ukur, tahu gejrot sekitar Gedung Merdeka, cilok kuah Cisangkuy, baso tusuk depan BIP atau sekedar makan kue balok yang bahkan jam buka nya saja harus menunggu hingga pukul 11 malam. Aku jadi sering berbohong ke Mama Papa untuk memenuhi agenda ini. Maaf ya mah.. pah...

Dan yang terpenting, aku suka setiap kali Al menciumku dan bagaimana cara dia menyentuhku. Aku bersyukur bisa merasakan setiap kebaikan dan perhatian yang Al kasih ke aku tapi nggak dia kasih ke mantannya (hasil ngepoin masa lalu Al dari mantannya - Selvi).

Selvi bilang, "Al itu cuek banget Ra!! Boro-boro nyuapin aku, kalau aku kangen aja, harus aku terus yang nyamperin! Kamu beruntung, dapet dia di versi terbaiknya!" Huhuhu, pertama kalinya aku merasa bangga pada diriku sendiri, sekaligus merasa beruntung. Thanks Al, kamu adalah hadiah yang Tuhan kasih ke aku.

Tentang bagaimana aku berhasil menemukan Selvi dan membangun kedekatan dengannya, jangan tanya! Setiap perempuan punya caranya masing-masing untuk menjadi detektif dadakan, dan pasti sukses!

Pukul 5 sore, aku menghampiri mobil Andre yang sudah terparkir di garasi. "Apa kabar?" Tanyaku basa basi. Andre mencondongkan wajahnya, seolah menagih ciuman seperti yang biasa kami lakukan, dan entah mengapa, tubuhku secara reflek bergerak menjauh.

Andre lalu menyalakan mobil, menurunkan rem tangan, meninjak pedal gas dan meluncur menuju Takigawa, sebuah Restoran khas jepang di daerah Dago Atas yang menyuguhkan view yang sangat bagus, terutama di malam hari. Cahaya lampu yang bertebaran di dataran rendah kota Bandung, terlihat bak kerlingan gugusan bintang-bintang di langit gelap. I Love Bandung. Terutama Bandung yang ada Alfaro di dalamnya!

Aku menoleh ke kiri dan omaigat!! Aku merasa aku tengah bersama orang asing, awkward, dimana mual dan mulas tiba-tiba menyerang kejiwaanku di waktu yang bersamaan.

Kabar buruknya, aku tidak bisa menahan diri! Dan saat ini, aku bener-bener udah nggak bisa!! Aku nggak bisa sama Andre lagi. Aku bahkan sudah melupakan rencana bales dendam untuk menyakitinya lebih! Aku hanya ingin dilepaskan. Aku nggak mau lagi sama Andre. Semuanya sudah cukup.

"Ndre, kita bisa berenti di sini aja ngga?" Tanya ku memecah kebisuan diantara kami.

Andre melihat wajahku sejenak, seolah bertanya kenapa, tapi tidak menghentikan laju mobilnya.

Commuter LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang